“Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita.
Allah adalah kasih,
dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih,
ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.”
( 1Yoh 4:16)
Bagi umat Kristiani Masa Paskah adalah masa kemesraan Allah bagi manusia. Tuhan Yesus Kristus telah mewahyukan dengan ajaran dan perbuatan selama hidup-Nya bahwa ALLAH ITU KASIH! Tuhan mengasihi kita sebagaimana Bapa mengasihi Dia. Kita adalah penerima Kasih ilahi, yang sempurna, yang memberi hidup. Dan untuk tinggal di dalam Kasih yang memberi hidup ini, Kristus mengajarkan kepada kita agar kita menaati perintah-perintah-Nya. Benar, kesetiaan kepada hukum-hukum Gereja menghidupkan relasi intim kita dengan Allah.
Kasih Allah tidak berubah. Kristus menyebut kita sahabat-sahabat-Nya: bukan sesuatu yang sentimental, karena inti dari persahabatan adalah kasih. Orang Kristiani perdana menyadari bahwa mereka telah membunuh Yesus dengan menyalibkan Dia, namun Dia yang mati tersalib itu telah dibangkitkan. Dan Allah membalas mereka dengan kasih pengampunan-Nya. Mereka menyadari bahwa melalui Misteri Paskah kepada mereka telah ditunjukkan suatu Jalan baru, mereka telah ditarik kepada Hidup baru, suatu kehidupan persahabatan dengan Allah. Kita pun mengalami hal yang sama. Allah melihat kita dalam keadaan yang paling buruk, namun bagaimanapun juga, Ia mencintai kita.
Di tengah gejolak dunia dan bangsa-bangsa sepanjang zaman, dan lebih-lebih pada tahun-tahun terakhir ini, kata ‘KASIH’ semakin kabur makna sejatinya, seakan-akan tersembunyi, digagahi oleh pertandingan dan persaingan dalam kekuasaan, kekuatan untuk balas dendam. Kita mendengar kisah-kisah dan laporan atau berita-berita terkini seakan itu pengalaman yang di luar kita, namun bila kita jujur dengan diri sendiri, semua itu ada di dalam diri kita, mungkin saja dalam skala kecil, tetapi cukup menghantui dan merenggut kita dari kebebasan anak-anak Allah yang diciptakan untuk saling mencintai melalui saling mengampuni.
Yesus bersabda bahwa Ia adalah pokok anggur sejati. Dalam konteks Yahudi, kebun anggur terkait dengan Bait Allah. Maka Yesus mewahyukan diri-Nya sebagai Bait Allah yang baru – kita harus tinggal di dalam Dia. Untuk tinggal di dalam Kristus, cacat-cacat kita harus dipangkas.
Dalam Injil Yohanes diwahyukan bahwa Allah yang hidup, Pencipta semesta alam, menawarkan persahabatan-Nya kepada kita. Benar, apabila kita hadir di hadapan-Nya, menaati perintah-perintah-Nya, mempelajari Kitab Suci, menerima Sakramen-sakramen Gereja, hidup dalam komunio persaudaraan, maka kita akan mengalami persahabatan intim dengan Dia, suatu persahabatan yang memberi hidup. Dalam persahabatan yang radikal ini kita akan sungguh mengalami cicipan surga di sini dan sekarang ini juga!
Komunitas kami sangat bersyukur karena akhirnya Website Gedono bisa dibuka berkat rahmat Allah dan kesetiaan Roh Kudus yang terus mendampingi perjalanan kerja ini. Harapan kami, semoga melalui Website Gedono ini kami dapat semakin menjalin relasi persahabatan dan berbagi kasih Allah dengan semakin banyak orang.