Hati Yesus:

Tempat di mana penderitaan dipeluk
dan kasih dilahirkan

 

Sejak Yesus dikandung, Ia menyerahkan diri-Nya ke dalam tangan manusia.  Dengan begitu Dia mau mengatakan, “Buatlah dengan diri-Ku apa saja yang kamu mau.”  Sesudah wafat, Hati-Nya ditikam sampai mengeluarkan darah dan air.  Suatu kejadian yang mengerikan, tapi menjadi lambang cinta kasih yang tak terhingga kepada manusia yang berdosa: kita semua.

Seperti anak kecil yang frustrasi dan marah dan memukul ibunya, kita pun membunuh dan menikam Yesus.  Dia mengerti bahwa semua kekerasan kita berasal dari rasa takut, rasa jelek, rasa tidak dicintai.  Di balik tusukan itu ada kerinduan akan Kasih-Nya.  Rasa marah manusia diresap oleh Hati Allah dan ditransformasikan menjadi sarana penyelamatan.

Kalau kita mau bersatu dengan Yesus, kita pun akan  menderita.  Menderita karena kemarahan, tuntutan egois dan kesombongan kita sendiri dan sesama dalam hidup sehari-hari.  Menerima penderitaan memang sulit.  Tetapi menolak menghadapi apa saja yang menyakiti atau yang  membuat kita jengkel dan menyalahkan orang lain atau situasi tidak akan membawa kita kepada hati kita sendiri dan Hati Yesus.  Semakin kita rela memeluk penderitaan, semakin hati kita dilapangkan dan diubah menjadi hati yang mengasihi.  Di dalam Hati Yesus, penderitaan menjadi tidak menakutkan lagi, tetapi dapat dialami sebagai jalan masuk ke dalam kebahagiaan: bahwa kita dipanggil untuk tinggal di dalam Hati-Nya, menyerap semua penderitaan, semua akibat dosa dengan kekuatan kasih-Nya.  Dan anehnya, itu manis.

 

Marilah kita belajar memeluk penderitaan-penderitaan kecil sambil memandang Hati Yesus yang tertikam dan mohon pada-Nya untuk mengubah hati kita agar serupa dengan Hati-Nya, agar kita dapat berlari dengan kemanisan kasih yang tak terungkapkan.