Maria Diangkat
ke Surga

Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga merupakan sebuah dogma yang ditetapkan Paus Pius XII melalui Konstitusi Apostolik “Munificentissimus Deus” (Allah yang sangat murah hati), yang diumumkan pada 1 November 1950.  Bunyi dogma tersebut adalah sebagai berikut: “…. dengan otoritas dari Tuhan kita Yesus Kristus, dari Rasul Petrus dan Paulus yang Terberkati, dan oleh otoritas kami sendiri, kami mengumumkan, menyatakan dan mendefinisikannya sebagai sebuah dogma yang diwahyukan Allah: bahwa Bunda Tuhan yang tak bernoda, Perawan Maria yang tetap perawan, setelah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, diangkat tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surgawi.” (MD 44)

Iman Gereja tentang pengangkatan Bunda Maria ke surga, telah lama berakar dalam Gereja.  Dapat diterima bahwa jika untuk melahirkan Yesus, Bunda Maria disucikan dan dikandung tanpa noda dosa, dan selama hidupnya tidak berdosa (karena tidak seperti manusia lainnya, ia tidak mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa / concupiscentia), maka selanjutnya adalah bahwa, setelah wafatnya, Tuhan tidak akan membiarkan tubuhnya terurai menjadi debu, karena penguraian menjadi debu ini adalah konsekuensi dari dosa manusia.

Maria diangkat ke surga dengan badan dan jiwa.  Ia menyerahkan diri secara total kepada surga.  Tidak ada peninggalan darinya di bumi ini.  Seandainya ada, dan ia dimakamkan, pasti makamnya akan menjadi top peziarahan sepanjang zaman.  Orang akan mengunjungi makamnya, untuk menghormati jasadnya.  Tetapi sebaliknya, kita, umat berimanlah yang dikunjungi oleh Maria, dengan berbagai penampakan di banyak lokasi di dunia ini, di tempat umat Allah sedang menderita dan memohon pertolongannya.  Maria diangkat ke surga untuk meneruskan keibuannya: Maria tetap ibu kita, ibu semua manusia dalam Kristus.

Surga bukanlah suatu tempat yang ada di atas kita.  Surga adalah suatu dimensi keabadian di dalam kita, kehadiran Allah di dalam kita dan kehadiran kita di dalam Allah.  Kita tidak harus menunggu untuk mati supaya pergi ke surga, kita hanya perlu berpartisipasi dalam Ekaristi, menerima Tubuh Yesus yang mulia dan disatukan dengan-Nya dalam tubuh dan jiwa, masuk ke Bait-Nya dan menjadi Bait-Nya.

 

Mari kita menghayati dimensi keabadian ini dalam diri kita dan di antara kita dalam liturgi harian di rumah Allah, seperti Maria menghayatinya.