Allah hadir dalam seluruh kehidupan kita. Dia hadir tidak hanya saat kita meluangkan waktu untuk memadahkan puji-pujian atau melakukan kegiatan rohani. Tidak hanya pada waktu hidup tampak mudah. Allah hadir bahkan juga dalam waktu-waktu sulit dalam kehidupan kita. Perjalanan kita yang unik merupakan cara yang dipakai Allah untuk membentuk hati kita agar menjadi lebih serupa dengan Kristus. Kayu salib, simbol utama iman kita, mengajak kita untuk melihat kasih di tengah penderitaan, melihat kebangkitan di mana ada kematian. Hari demi hari kita dapat menemukan alasan-alasan baru untuk bersyukur dan percaya bahwa tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah di dalam Kristus.
Panggilan untuk bersyukur adalah panggilan untuk percaya bahwa setiap peristiwa dapat dinyatakan sebagai jalan salib menuju hidup baru. Rasa syukur yang sejati berarti menjalani hidup sebagai karunia yang harus diterima dengan rasa terima kasih. Dan rasa syukur yang sejati menerima semua yang ada dalam hidup: yang baik dan yang buruk, yang menyenangkan dan yang menyakitkan. Kita melakukan ini karena kita memahami hidup Allah, kehadiran Allah di tengah segala sesuatu yang terjadi.
Rasa syukur bukanlah perasaan yang sederhana. Hidup bersyukur perlu latihan, usaha yang berkesinambungan untuk menyatakan kembali seluruh perjalanan hidup kita yang tidak mudah dan penuh penderitaan sebagai jalan khusus yang dipakai Allah untuk menuntun kita sampai pada persatuan dengan Dia.
Maka marilah kita menjalani setiap penderitaan yang terjadi dalam hidup kita dalam rasa syukur yang mendalam dan kepercayaan yang teguh karena tahu bahwa di dalam semua penderitaan itu Allah selalu hadir dan sedang membawa kita pada persatuan yang intim dengan Dia dan dengan sesama secara baru.