Kekudusan Hidup Berkeluarga

Hidup perkawinan atau hidup berkeluarga adalah jalan hidup yang dikehendaki Allah.  Kristus telah mengangkat perkawinan Kristiani menjadi sakramen yaitu tanda kedatangan dan kehadiran Allah yang menyelamatkan.  Tuhan hadir di tengah keluarga yang berarti pula Ia berkenan mendampingi setiap keluarga, siang malam sepanjang hidup mereka.  Dengan sakramen perkawinan, Allah menguduskan ikatan suami istri.  Dalam menerima satu sama lain dan dengan rahmat Kristus, pasangan suami-istri menjanjikan penyerahan diri sepenuhnya, kesetiaan dan keterbukaan pada suatu kehidupan baru dengan kehadiran anak-anak dalam keluarga mereka.

Inti hakiki dari hidup perkawinan adalah: aku hidup bagimu dan bagi anak-anak yang dianugerahkan kepada kita.  Di situ suami-istri belajar keluar dari diri sendiri, dari kriteria egoistis –kesukaan, keenakan sendiri– masuk dalam kasih timbal balik.  Suami-istri pelan-pelan belajar saling mengorbankan diri satu bagi yang lain, bagi kesatuan mereka, bagi anak-anak dan keluarga besar mereka berkat sakramen kasih Kristus yang telah menyatukan mereka dan terus menghidupkan kasih itu melalui Ekaristi dan sakramen tobat.

Dengan menjadikan Yesus sebagai pusat hidup keluarga dan dengan persatuan dengan-Nya dan dengan rahmat Roh Kudus, secara bertahap keluarga mencapai kekudusan dalam hidup perkawinan mereka.

Keluarga-keluarga masa kini terancam oleh bahaya perpecahan yang menjauhkan mereka dari Allah dan dari satu sama lain; kesibukan-kesibukan kerja dan masing-masing sibuk dengan HP-nya sendiri sehingga komunikasi dan relasi di antara mereka sering terganggu.  Membaca dan merenungkan Kitab Suci serta berdoa bersama dalam keluarga bisa menjadi sarana dan saat untuk menguatkan ikatan kasih dan kesatuan dalam keluarga serta untuk mewariskan iman Kristiani kepada anak-anak.

Allah telah menganugerahi Gereja sepasang suami istri yang telah dijadikan Beato dan Beata (Bahagia) oleh Paus Yohanes II pada tanggal 21 Oktober 2001.  Mereka adalah Luigi Beltrame Quattrocchi dan Maria Corsini.  Pasangan ini telah menghayati hidup mereka yang biasa dengan cara luar biasa.  Dengan menimba dari Sabda Allah dan kesaksian para kudus, menghadiri Perayaan Ekaristi setiap hari, berdoa Rosario setiap sore dan  minta nasihat dari pembimbing rohani mereka, serta membesarkan dan mendidik anak-anak mereka dalam iman, mereka telah menghayati anugerah kekudusan hidup perkawinan dan menghantar pula mereka menjadi orang kudus.

 

Semoga keluarga-keluarga Kristiani semakin tumbuh dalam kekudusan dan menghayati hidup keluarga dengan penuh syukur dan sukacita.