Panggilan kepada Kekudusan

Hari ini kita merayakan semua orang kudus baik yang terkenal maupun tidak dikenal.  Gereja mengajarkan bahwa kita semua sebagai orang Kristiani dipanggil untuk menjadi kudus.  “Jadilah kudus seperti Bapa-Mu di surga adalah kudus” (Mat 5:48).  Itulah undangan sekaligus tuntutan yang diarahkan Yesus kepada semua pengikut-Nya.  Banyak orang yang dikanonisasikan dan dinyatakan kudus oleh Gereja untuk mewartakan bahwa manusia mampu menjadi kudus dan kekudusan itu nyata dalam kehidupan konkrit sehari-hari.  Menjadi orang kudus bukanlah sesuatu yang jarang terjadi, yang istimewa, yang merupakan tujuan yang terlalu tinggi.  Kekudusan adalah kasih.

Gereja adalah mempelai Kristus – demi Gereja inilah, Kristus telah menyerahkan diri-Nya justru untuk menguduskannya (Ef 5:25-26).  Karunia kekudusan ditawarkan kepada setiap orang yang telah dibaptis.  Anugerah itu menjadi tugas yang harus menentukan keseluruhan hidup Kristiani.  “Inilah kehendak Allah: pengudusanmu” (1Tes 4:3).  Karena pembaptisan merupakan jalan masuk sejati ke dalam kekudusan Allah melalui inkorporasi (dimasukkan ke dalam) Kristus dan kediaman Roh-Nya.

Menjadi kudus tidaklah perlu hidup yang luar biasa istimewa.  Panggilan kepada kekudusan merupakan sesuatu yang pribadi dan memerlukan “pelatihan dalam pengudusan” melalui penghayatan iman dalam hidup sehari-hari yang biasa, yang sederhana, dengan sikap radikal yang diajarkan oleh Yesus dalam kotbah di bukit.  Mulai lagi dengan Kristus, berarti mengikuti Dia tanpa syarat dengan merelakan diri untuk dipakai apapun yang Dia mau demi pewartaan dan pembangunan Kerajaan-Nya.  Hidup orang-orang kudus adalah perwujudan keunggulan rahmat… karena tanpa Kristus, mereka tidak bisa berbuat apa-apa, tetapi dalam Dia yang menguatkan, mereka mampu buat apa saja.

 

Marilah kita menanggapi panggilan kekudusan melalui hidup kita sehari-hari.