Iman akan Kebangkitan

Hidup kita di dunia ini bukan tanpa makna.  Kita hidup bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan fisik, psikis dan sosial tetapi juga untuk mempersiapkan  hidup abadi bersama Allah setelah kematian.  Sebagai orang Kristiani kita dianugerahi iman akan kebangkitan.

Barangkali kita merasa ngeri melihat salib Tuhan atau ketika membaca kisah kemartiran.  Hal itu wajar tapi perlu melihat lebih dalam bahwa penderitaan di dunia ini bukanlah akhir segalanya.  Seperti kisah dalam Makabe, iman akan kebangkitan menumbuhkan pengharapan hingga tidak takut lagi menghadapi kesulitan-kesulitan apapun bahkan kematian.  Tuhan yang bangkit yang mengasihi kita selalu menganugerahkan penghiburan dan kekuatan.  Itulah pertobatan yang paling dalam yang membuat kita berubah.

Perubahan hidup kita memampukan kita memandang arti dari salib –salib kehidupan sebagai jalan menyatukan diri dengan karya-karya kasih-Nya.  Kesatuan itu menjadi kekuatan dan sumber kebahagiaan yang memberi daya keberanian yang meluap dari pengenalan akan arti salib kehidupan harian serta sukacita jiwa untuk mewartakan pada yang lain.

Kristus yang adalah tujuan hidup kita harus kita wartakan dan ini menjadi perutusan kita selama hidup di dunia ini, maka perlu belajar menemukan kemanisan tersembunyi yang ada di belakang salib.  Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma mengatakan: “Aku yakin bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita” (Rm 8:18).

Dalam Injil Lukas 20:27-38, Yesus menegaskan akan adanya kebangkitan.  Hidup kebangkitan berbeda sekali dengan hidup di dunia ini.  Manusia yang dibangkitkan tidak akan mati lagi karena Allah bukan Allah orang mati melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup.

 

Marilah kita bersyukur atas anugerah iman yang memberi penghiburan dan pengharapan abadi sambil dengan tekun mewartakan Kristus, sukacita sejati.