Natal

Kelahiran Yesus Putra Allah, semakin menyadarkan kita akan anugerah agung Capax Dei (kemampuan untuk menerima Allah) dalam diri kita.  Allah yang menciptakan kita dari ketiadaan, menjadikan diri-Nya sedemikian kecil, sampai  “cukup” masuk dalam rahim Bunda Maria dan dalam palungan.

Apakah sebenarnya kepentingannya bagi kita saat ini, bahwa Yesus lahir dari Bunda Maria di kandang di Betlehem?  Apakah itu sungguh berarti bagi kita?  Mempunyai pengaruhnya bagi diri kita?  Ataukah hanya kisah yang diulang-ulang setiap tahun?  St. Paulus menulis dengan yakin: “Kristus harus datang untuk tinggal di dalam hati kita melalui iman” (Ef 3:17).  St. Maximus Confessor juga menyatakan: “Sabda Allah merindukan untuk mengulangi lagi di dalam hati semua manusia, misteri penjelmaan-Nya.”

Bagaimana hati kita dapat mengandung Sabda Allah?  Kalau hati kita tidak lagi puas dengan segala hal yang membuat kita jauh dari Yesus, kalau hati kita hanya mencintai Dia dan kehendak-Nya, terbuka pada inspirasi Roh Kudus sampai bisa melepaskan kelekatan-kelekatan yang menjadi kebiasaan manusia lama. Maka hati kita menjadi tempat  yang disuburkan oleh rahmat Roh Kudus, sehingga benih-benih kehidupan baru dapat tumbuh dalam diri kita.  Akan tetapi, Sabda Allah itu harus diwujudkan secara konkrit dalam tindakan, bukan hanya di dalam hati.  Kalau tidak menjadi “tindakan” nyata, Yesus memang sudah dikandung dalam hati kita, tetapi Dia tidak kita lahirkan dalam kenyataan hidup kita, ini disebut St. Bonaventura sebagai “ tindakan aborsi spiritual”, maka Natal tidak terjadi dalam hidup kita.

Pada hari Natal yang kudus ini, di antara banyak hadiah yang kita siapkan atau kita terima, marilah kita tidak lupa akan “hadiah sejati” yaitu Kristus, yang telah memberi diri-Nya bagi kita maka kita pun perlu saling memberi diri, saling memberi sesuatu “dari kedalaman diri kita sendiri”: memberi perhatian, waktu, kehendak untuk membantu dan dibantu.  Kita bersama-sama membuka diri bagi anugerah-anugerah Allah melalui saling memberi diri di antara kita, dengan demikian lahirlah sukacita sejati, suatu “pesta” kelahiran baru di antara kita, Yesus yang lahir dalam hidup kita bersama.

SELAMAT NATAL !