30 Mei 2023

 PEKAN BIASA VIII – SELASA


Aku terbuka apa adanya di hadapan-Mu, ya Tuhan
Pembacaan dari Pengakuan Santo Agustinus

 

Tuhan, Engkau mengenal aku.  Biarlah aku mengenal Engkau, yang mengenal aku!  ‘Biarlah aku mengenal Engkau, sama seperti aku Kaukenal.’  Engkaulah kekuatan jiwaku!  Masuklah ke dalamnya dan buatlah itu pantas sebagai tempat kediaman-Mu yang Kaumiliki, tanpa cela atau noda.  Inilah harapanku, inilah doaku!  Dalam harapan ini aku bersukacita, apabila aku bersukacita dengan benar.  Tetapi mengenai hal-hal lainnya dalam hidup ini: semakin banyak kami menangisinya, semakin kurang hal-hal itu perlu kami tangisi!  Sebaliknya, semakin kurang kami menangisinya, semakin banyak kami harus menangisinya.  Sebab sesungguhnya Engkau mencintai kebenaran, dan ‘orang yang melakukan kebenaran hidup dalam terang’.  Saya ingin melakukan itu dalam pengakuan batin di hadapan-Mu, dan dalam pengakuan tertulis di hadapan banyak saksi.

Kalaupun aku tidak mau mengakukannya kepada-Mu, Tuhan, apa yang dapat tersembunyi di dalam diriku?  Engkau melihat lubuk hati manusia yang paling dalam sekalipun.  Aku hanya dapat menyembunyikan Engkau dari diriku, tetapi bukannya diriku dari Engkau.  Tetapi sekarang, jikalau keluhanku menyaksikan bahwa diriku kurang berkenan kepada diriku sendiri, Engkau bersinar kepadaku, dan aku bersukacita karena Engkau dan mencintai-Mu dan mendamba-Mu.  Maka aku menjadi malu karena diriku, dan menginginkan diri-Mu!  Lalu aku menyangkal diriku dan memilih Engkau, dan aku tidak mau menyenangkan Dikau ataupun  diriku, kecuali demi Engkau sendiri.

Jadi di hadapan-Mu, ya Tuhan, aku terbuka apa adanya.  Dan sudah kukatakan, keuntungan apa yang kuperoleh bila aku mengaku kepada-Mu.  Pengakuanku tidak kulakukan dengan kata-kata badani, melainkan dengan kata-kata jiwaku dan seruan budiku!  Dan itu semua Engkau dengar dan ketahui!

Apabila aku ini jahat, pengakuanku pada-Mu mengungkapkan bahwa aku tidak senang pada diriku sendiri.  Namun apabila aku baik, pengakuanku kepada-Mu berarti tidak menghubungkan kebaikan itu dengan diriku.  Sebab Engkaulah, ya Tuhan, yang memberkati orang benar, tetapi terlebih dulu Engkau telah mengubah orang yang tidak benar menjadi orang benar.  Maka dari itu, ya Tuhan, pengakuanku di hadapan-Mu kubuat dengan diam, tanpa suara; tetapi sekaligus juga tidak tanpa suara, sebab meskipun tidak bersuara, hatiku berteriak dengan nyaring.

Tuhan, Engkaulah hakimku!  ‘Tak seorang manusia pun tahu apa yang di kedalaman dirinya, kecuali roh manusia itu sendiri yang ada di dalam dirinya.’  Meskipun demikian, masih ada sesuatu pada manusia, yang tidak diketahui oleh roh manusia itu sendiri.  Tetapi Engkau, ya Tuhan, tahu segala sesuatu tentang dia, karena Engkaulah yang menciptakan dia.  Sedangkan aku, aku ini hina di hadapan-Mu, sadar bahwa aku ini hanya debu dan abu!  Namun aku mengetahui sesuatu tentang diri-Mu, yang tidak kuketahui tentang diriku.

Memang benar, ‘sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, belum muka ke muka.’  Dengan demikian, selama aku masih ada dalam pembuangan dan belum bersama Engkau, aku lebih hadir pada diriku, daripada pada Engkau.  Namun aku tahu, bahwa Engkau tidak akan dapat dikalahkan oleh kekuasaan apa pun; tetapi aku, aku tidak tahu mana godaan yang dapat kutolak, mana yang tidak.  Kendati demikian, harapan memang tetap ada, karena ‘Engkau itu setia.  Engkau tidak akan membiarkan kami dicobai melampaui kekuatan kami.  Bahkan pada waktu kami dicobai, Engkau akan memberikan kepada kami jalan keluar, sehingga kami dapat  menanggungnya.’

Maka aku mau mengakui apa yang kuketahui tentang diriku, dan apa yang aku tidak tahu.  Semua yang kuketahui tentang diriku, aku tahu karena Engkau telah menerangiku.  Dan semua yang tidak kuketahui tentang diriku tetap tidak kuketahui, sampai kegelapanku Kaubuat menjadi seperti siang hari di hadapan hadirat-Mu.