Peringatan Santa Perawan Maria
“IMAN MARIA”
Pembacaan dari Ensiklik “Redemptoris Mater” dari Santo Yohanes Paulus II, Paus
Iman Maria dapat dibandingkan dengan iman Abraham, yang oleh Santo Paulus dinamakan “bapa kita dalam iman” (bdk. Rm 4:12). Dalam rencana penyelamatan wahyu Allah, iman Abraham merupakan awal Perjanjian Lama; iman Maria ketika pemakluman merupakan awal Perjanjian Baru. Seperti Abraham “berharap dan percaya juga, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, demikian juga Maria, pada pewartaan Malaikat, menjanjikan keperawanannya (“bagaimana mungkin, karena aku tidak bersuami?”), percaya bahwa karena kuasa Yang Mahatinggi, karena kuasa Roh Kudus, Dia akan menjadi Bunda Putra Allah, sesuai dengan pewahyuan Malaikat: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah” (Luk 1:35).
Namun demikian, kata-kata Elisabet “Terberkatilah yang percaya” tidak hanya berlaku pada saat khusus pewartaan Malaikat itu saja. Memang pewartaan tersebut merupakan saat puncak iman Maria dalam menantikan Kristus, tetapi hal itu juga merupakan titik awal perjalanan menyeluruh “menuju Allah”, ziarah imannya secara menyeluruh. Maka dalam perjalanan tersebut, dengan cara cemerlang dan penuh kepahlawanan – memang selalu dengan sifat kepahlawanan yang makin besar – “Ketaatan ” yang ia janjikan kepada Sabda Wahyu Allah akan terpenuhi. “Ketaatan iman” Maria, selama masa ziarahnya akan menunjukkan persamaan yang menakjubkan dengan iman Abraham.
Seperti juga Bapa bangsa Umat Allah, demikian juga Maria, selama perjalanan ziarah fiat keibuannya, “dalam harapan percaya mengatasi segala harapan” khususnya dalam tahap tertentu dalam perjalanan tersebut rahmat yang dikaruniakan kepada Maria “yang percaya” akan diwahyukan dengan kejernihan yang istimewa. Percaya itu artinya “meninggalkan diri sendiri” kepada kebenaran Sabda Allah yang hidup, karena mengetahui dan menyadari dengan kerendahan hati”. O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya! (Rm 11:33). Maria yang sesuai dengan kehendak abadi Yang Mahatinggi, dapat dikatakan berdiri pada pusat “jalan-jalan yang tak terselami” dan “keputusan-keputusan yang tak terselidiki” dari Allah tersebut, menyesuaikan diri sendiri dengan misteri-misteri tersebut dalam terang sinar iman, dengan sepenuhnya dan hati terbuka menerima segala sesuatu yang diputuskan dalam rencana Allah.