Peringatan Santa Perawan Maria
Gereja, umat Allah yang berakar dalam semua bangsa di dunia
Pembacaan dari Ensiklik “Redemptoris Mater” dari St. Yohanes Paulus II, Paus
“Gereja melangkah berziarah di tengah pengejaran dunia dan penghiburan Allah”, serta mewartakan Salib dan Wafat Tuhan sampai Dia datang kembali. “Tetapi sebagaimana Israel menurut daging, yang berkelana di padang pasir dinamakan Gereja Allah, demikian pula Israel baru… juga disebut Gereja Kristus. Kristus sendiri dengan Roh-Nya, dan melengkapinya dengan sarana-sarana yang cocok untuk menjadi suatu persekutuan sosial yang inderawi. Allah telah mengumpulkan semua yang dalam iman memandang kepada Yesus sebagai sumber penyelamatan dan sebagai asal kesatuan serta perdamaian, lagi pula menetapkannya sebagai Gereja-Nya, agar menjadi sakramen inderawi persatuan penyelamatan bagi semua orang dan masing-masing pribadi.”
Konsili Vatikan II berbicara tentang Gereja yang berziarah seraya membuat suatu perbandingan dengan umat Israel Perjanjian Lama dalam kelananya di gurun pasir. Perjalanan semacam itu juga tampil keluar dan menjadi inderawi dalam waktu dan ruang, tempat terlaksananya secara historis. Karena Gereja “ditentukan untuk meluas ke segala belahan bumi, maka ia memasuki sejarah umat manusia, tetapi sekaligus melampaui segala waktu dan batas bangsa-bangsa.” Dan lagi sifat hakiki perjalanan jiarah Gereja ialah batiniah: yaitu ziarah iman, dalam kuasa Tuhan Yang Bangkit”, suatu ziarah dalam Roh Kudus, yang diberikan kepada gereja sebagai Penghibur (parakletos): “Berjalan melalui pencobaan dan bencana, Gereja dikuatkan oleh kuasa rahmat Allah yang dijanjikan oleh Tuhan kepadanya, sehingga… digerakkan oleh Roh Kudus dia tidak pernah berhenti memperbarui dirinya, sampai setelah melalui salib tiba pada sinar yang tidak pernah pudar.”
Justru dalam perjalanan atau ziarah pengembaraan Gereja melalui ruang dan waktu ini, dan malahan melalui sejarah jiwa-jiwa, Maria hadir, sebagai yang “terberkati karena kepercayaannya”, sebagai yang mendahului dalam ziarah iman, ikut ambil bagian dalam misteri Kristus. Konsili lebih lanjut berkata bahwa “Maria terlukis melebihi segala makhluk mendalam dalam sejarah penyelamatan dan dalam arti tertentu menyatukan dan mencerminkan dalam dirinya pokok-pokok kebenaran iman.” Di antara semua orang yang percaya, dia seperti sebuah “cermin” yang memantulkan “karya besar Allah” dengan cara yang dalam dan cerah.