10 September 2024

PEKAN BIASA XXIII – SELASA


Aku menunggu apa yang akan dikatakan Tuhan kepadaku
Pembacaan dari De Diversis, Khotbah St. Bernardus

 

Dalam salah satu pengajaran-Nya, Tuhan kita mendesak para murid-Nya untuk ambil bagian dalam penderitaan-Nya melalui misteri makan tubuh-Nya.  Dan dalam Injil kita baca bahwa pada waktu itu ada orang yang berkata, “Kata-kata ini keras!”  Dan mulai saat itu banyak orang tidak mau mengikuti Dia lagi.  Ia bertanya kepada para murid-Nya, apakah mereka ingin pergi juga.  “Tuhan,” jawab mereka, “Kepada siapa kami akan pergi?  Engkaulah yang memiliki sabda kehidupan kekal.”

Saudara-saudara, aku berkata kepadamu: sampai hari ini tetap jelas juga, bahwa bagi sementara orang sabda Yesus itu roh dan kebenaran, dan oleh karena itu mereka mengikuti Dia.  Tetapi bagi orang-orang lain, kata-kata-Nya dirasa keras, dan mereka mencari penghiburan di lain tempat, yang hanya dapat berakhir dalam kesengsaraan.  Kebijaksanaan memperdengarkan seruannya di sepanjang jalan, juga di jalan-jalan luas dan lapang, untuk memanggil-manggil mereka yang lewat jalan itu, yang menuju kepada kematian, supaya mereka kembali.

Kebijaksanaan berseru: “Selama empat puluh tahun Aku muak akan generasi ini, dan Aku berkata, “Mereka itu bangsa yang sesat hatinya.”  Dan dalam mazmur lain ada tertulis, “Allah bersabda hanya satu kali.”  Ya, hanya satu kali , tetapi terus menerus, tanpa henti.  Sesungguhnya, sabda-Nya adalah satu, dan tidak terputus-putus, tanpa akhir. ”  Sabda itu mengundang orang berdosa, untuk kembali masuk ke hatinya, sebab di dalam hati itulah Allah tinggal dan bersabda.  Tepatlah Allah melakukan apa yang diajarkan-Nya dengan perantaraan nabi dengan kata-kata, “Bicaralah kepada  hati Yerusalem.”

Jadi, lihatlah, saudara-saudara, betapa bermanfaatnya teguran nabi, sehingga setiap kali kita mendengar suara Tuhan, kita tidak bertegar hati.  Kata-kata yang hampir sama dapat dibaca di dalam Injil.  Tuhan bersabda: “Domba-domba-Ku mendengar suara-Ku.”  Ini menggemakan kata-kata Daud yang saleh: “Umat penggembalaan-Nya dan kawanan yang dibimbing-Nya.  Hari ini dengarkanlah suara-Nya dan  jangan bertegar hati!”

Dengarkanlah juga Nabi Habakuk, ia tidak menutup-nutupi teguran Tuhan, malahan ia menyampaikannya dengan setia dan penuh semangat, dengan berkata, “Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara; aku mau menantikan apa yang akan difirmankan-Nya kepadaku, dan apa yang akan harus kujawab atas teguran-Nya.”

Jadi, kita juga, para saudara, marilah kita mengambil tempat untuk berjaga-jaga, sebab inilah waktunya untuk berperang.  Marilah kita masuk ke dalam diri sendiri, dan memeriksa hati kita, tempat Kristus tinggal.  Marilah kita berperilaku dengan kebijaksanaan dan pertimbangan.  Tetapi selalu ingat bahwa kepercayaan kita tidak terletak pada diri kita sendiri, sebab jika demikian, kita akan bertumpu pada fondasi yang terlalu lemah.