Peringatan St. Vinsensius de Paul
(Imam)
Pelayanan orang miskin harus didahulukan
Pembacaan dari surat St. Vinsensius de Paul
Kita tidak boleh memandang orang miskin atas dasar pakaian atau penampilannya; juga tidak atas dasar kemampuan berpikir, karena kerap kalai mereka itu bodoh dan tak terdidik. Namun sebaliknya, kalau kamu memandang orang miskin di bawah terang iman, kamu akan melihat, bahwa mereka itu mewakili Allah Putra, yang memilih menjadi miskin. Memang di dalam kesengsaraan-Nya, sampai kehilangan wajah-Nya sebagai manusia, ia merupakan kebodohan bagi orang kafir dan batu sandungan bagi orang Yahudi. Ia menyatakan, bahwa Ia harus mewartakan kabar gembira kepada orang miskin dengan kata-kata ini, “Ia mengutus Aku untuk mewartakan kabar gembira kepada kaum miskin.” Maka kita harus mempunyai sikap yang sama dan mengikuti Kristus dalam perbuatan-Nya: memelihara orang miskin, menghibur mereka, menolong dan menuntun mereka.
Kristus memilih lahir dalam kemiskinan dan mengambil orang miskin sebagai murid-murid-Nya; Ia sendiri menjadi hamba kaum miskin dan sama seperti keadaan mereka, hingga baik atau jahat yang dilakukan kepada kaum miskin, menurut kata-Nya dianggap seperti dilakukan kepada diri-Nya sendiri. Karena Tuhan mencintai orang miskin, maka ia juga mencintai mereka yang cinta kepada orang miskin; kalau orang mencintai orang lain, Ia juga mencintai orang yang cinta atau melayani orang lain itu. Demikianlah kita juga berharap bahwa Tuhan akan mencintai kita atas dasar orang miskin. Kita mengunjungi mereka, kita berusaha memperhatikan yang lemah dan yang serba kekurangan, dan dengan demikian kita ikut serta dalam penderitaan mereka, hingga bersama Paulus kita merasa menjadi segalanya untuk semua. Maka kita harus berusaha ikut terlibat dalam keprihatinan dan penderitaan sesama kita dan berdoa kepada Tuhan, agar Ia menjiwai kita dengan rasa belas kasih dan ikut menderita, memenuhi hati kita dengan perasaan itu dan mempertahankan rasa itu sepenuhnya.
Pelayanan kepada kaum miskin harus diutamakan melebihi segala dan dilaksanakan segera tanpa menunda. Jika pada waktu kamu sedang berdoa, kamu harus memberi obat atau bantuan kepada seorang miskin, pergilah dan lakukanlah yang harus dilakukan dengan hati ringan, dan persembahkanlah perbuatan itu sebagai doa. Jangan menunda karena merasa kurang sesuai atau merasa berbuat dosa karena doamu dipotong untuk melayani orang miskin, atau jika karya Tuhan ditinggalkan untuk melakukan karya lain yang seperti itu juga.
Maka, jika kamu meninggalkan doa untuk menolong seorang miskin, pikirkanlah ini: bahwa karya itu dikerjakan demi Tuhan. Cinta kasih itu harus didahulkan melebihi semua peraturan; segala sesuatu harus diarahkan ke situ melebihi segala sesuatu, karena cinta itu laksana puteri kuasa, maka semua perintahnya harus dilaksanakan. Maka marilah kita melayani kaum miskin setiap kali dengan hati berkobar, terutama mencari mereka yang ditelantarkan, karena mereka itu yang diberikan kepada kita sebagai tuan dan penguasa.
Vinsensius de Paul lahir di Guascogne, Perancis pada 24 April 1582 dari keluarga petani. Ia menyelesaikan studinya dengan susah payah. Ia adalah seorang imam dengan berbagai macam tugas: pembimbing, pastor paroki dan kemudian memulai berbagai pelayanan karya amal. Ia adalah pribadi yang sederhana, murah hati, bersemangat, dan ramah dalam menjalankan karya-karya amalnya. Dua hal penting dalam karyanya adalah “Misi Umat” dan “Pendidikan Para Calon Imam”. Bersama para pengikutnya ia mendirikan Kongregasi Misi (Para imam Vinsensian atau para imam Lazaris), yang merawat orang-orang miskin dan sakit di rumah-rumah penampungan dan bersama St. Luisa de Marillac, ia membentuk tarekat suster Putri Kasih. Vinsensius wafat di Paris pada tanggal 27 September 1660 dan dikanonisasi oleh Paus Klemens XII tahun 1737. Tahun 1883, Paus Leo XIII mengangkatnya sebagai pelindung bagi seluruh karya amal kasih di dunia.