28 November 2024

PEKAN BIASA  XXXIV – KAMIS


Jika kita domba, kita menang; jika kita menjadi serigala, kita dikalahkan
 Pembacaan dari St Yohanes Krisostomus tentang Injil Matius

 

Selama kita tetap berlaku sebagai domba, kita menang.  Meskipun serigala yang tak terhitung banyaknya mengerumuni kita, kita dapat mengalahkan mereka dan menang.  Tetapi jika kita menjadi serigala, kita dikalahkan, karena kita kehilangan bantuan gembala.  Tuhan adalah gembala domba, bukan gembala serigala.  Jika Ia meninggalkan kamu dan pergi, itu karena kamu tidak membiarkan Dia menunjukkan kuasa-Nya di dalam dirimu.

Inilah yang dikatakan-Nya:  “Jangan gelisah bahwa Aku mengutus kamu di tengah-tengah serigala, dan memintamu untuk berlaku seperti domba dan merpati.  Aku pasti dapat berbuat yang berbeda: mengutusmu tanpa harus menderita oleh serangan musuh, atau untuk menyerah saja sebagai domba kepada serigala; atau membuatmu lebih kuat daripada singa.  Tetapi Aku telah memilih jalan yang betul.  Jalan-Ku akan memberi kemuliaan lebih besar kepadamu dan sekali gus menyatakan kuasa-Ku.”

Beginilah sabda-Nya kepada Paulus: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Inilah pula cara-Ku memperlakukan kamu, kata-Nya.  “Aku mengutus kamu bagaikan domba”, dimaksudkan juga, “Jangan berkecil hati, sebab Aku tahu betul, bahwa dengan cara ini tak seorang pun dapat mengalahkan kamu.” 

 Namun, Tuhan menginginkan, agar murid-murid-Nya juga menyumbangkan sesuatu, agar tidak nampak bahwa semua datang dari rahmat  saja dan mereka memperoleh mahkota bukan berkat jasa mereka. Maka Ia berkata, “Hendaklah kamu cerdik seperti ular tetapi tulus seperti merpati.

Tetapi mereka akan berkeberatan juga dan bertanya, “Kekuatan apa yang dimiliki kecerdikan kita di tengah begitu banyak bahaya? Bagaimana kita masih dapat bersikap bijaksana, jika kita digoncangkan oleh gelombang-gelombang bahaya? Betapapun bijaksananya domba itu, apa dayanya kalau ia berada di tengah banyak serigala? Betapapun tulusnya merpati itu, apa dayanya, jika ia diburu oleh sekian banyak elang? Tentang semua hal ini Kukatakan: Pastilah tidak berdaya! Kearifan dan ketulusan tidak akan mempan bila diarahkan kepada serigala dan elang, binatang yang tidak berakal budi, namun itu akan berguna demi kebaikanmu.

Tetapi marilah kita perhatikan, kecerdikan macam apa yang dituntut oleh Tuhan?  Ia menyebutnya “kecerdikan seekor ular.”  Ular akan melepaskan segalanya; bahkan kalau badannya dipotong-potong, ia tidak banyak melawan, asal dapat menyelamatkan kepalanya.  Begitu juga, kamu harus melepaskan segala-galanya kecuali imanmu: bahkan bila itu berarti melepaskan kekayaanmu, tubuhmu, hidupmu sendiri.  Sebab iman itu adalah kepalamu dan akarmu;  pertahankanlah itu, maka  meskipun kamu kehilangan lain-lainnya, kamu akan mendapatkan semuanya kembali dengan berlimpah-limpah.

Maka Tuhan menasihati murid-murid-Nya, agar tidak hanya cerdik atau tulus saja; melainkan menggabungkan kedua sifat itu hingga menjadi keutamaan sejati.  Orang harus memiliki kecerdikan ular, agar dapat terhindar dari luka-luka yang mematikan; dan harus memiliki ketulusan merpati, agar jangan membalas atau menyimpan amarah terhadap mereka yang menyakiti atau berusaha mencelakakannya.  Kecerdikan tidak ada gunanya tanpa ketulusan.

Janganlah mengira bahwa ajaran ini mustahil untuk dipraktekkan.  Lebih dari semua orang lain, Tuhan tahu akan sifat-sifat segala makhluk ciptaan-Nya.  Ia tahu, bahwa serangan dahsyat atau kekerasan tidak dapat dikalahkan dengan kekerasan, melainkan dengan kesabaran.