PDS
18 Januari 2025

Hari Pertama Pekan Doa Sedunia
untuk Kesatuan Umat Kristiani

(18-25 Januari)


Pembacaan dari Surat Ensiklik St. Yohanes Paulus II, Paus,   
tentang Komitmen terhadap Ekumenisme

 

Semoga mereka bersatu!  Seruan demi kesatuan Kristiani, yang disampaikan oleh Konsili Ekumenisme Vatikan II dengan komitmen yang begitu bersemangat makin kuat menggema di hati umat beriman, khususnya menjelang tahun 2000.  Tahun itu oleh umat Kristiani dirayakan sebagai Yubileum kudus, kenangan misteri Penjelmaan Putra Allah, yang menjadi manusia untuk menyelamatkan umat manusia.

Kesaksian penuh keberanian yang diberikan oleh sekian banyak martir abad kita, termasuk para anggota Gereja-Gereja dan Jemaat-Jemaat Gerejawi yang belum berada dalam persekutuan penuh dengan Gereja Katolik, memberi kekuatan baru kepada seruan Konsili, dan mengingatkan kita akan kewajiban kita mendengarkan dan mempraktekkan anjurannya.  Saudara-saudari kita itu, yang bersatu dalam mengurbankan hidup mereka tanpa pamrih demi Kerajaan Allah, merupakan bukti paling kuat, bahwa setiap faktor perpecahan dapat dikalahkan dan diatasi dalam penyerahan diri seutuhnya demi Injil.

Kristus memanggil semua murid-Nya supaya bersatu.  Sesungguhnya kami ingin sekali membarui seruan itu sekarang ini, mengemukakannya sekali lagi dengan tegas, mengulangi apa yang telah kami sampaikan di “Koloseum” di Roma pada hari Jumat Agung tahun 1994, menjelang akhir meditasi tentang Jalan Salib, yang disiapkan saudara kami yang terhormat Bartolomeus, Batrik Ekumenis di Istambul.  Ketika itu kami nyatakan bahwa umat yang beriman akan Kristus, bersatu dalam mengikuti jejak para martir, tidak boleh tetap terpecah.  Kalau mereka hendak melawan dengan sungguh dan efektif kecenderungan dunia untuk menjadikan Misteri Penebusan kehilangan daya kekuatannya, mereka harus bersama-sama mengikrarkan ajaran yang sama tentang Salib.  Salib!  Pandangan anti-Kristiani meremehkan Salib, mengosongkan maknanya, dan mengingkari Salib itu sebagai sumber hidup baru bagi manusia.  Pandangan itu merasa boleh menyerukan, bahwa Salib tidak mampu memberi visi atau harapan.  Konon manusia tidak lain kecuali makhluk duniawi, yang harus hidup seakan-akan tidak ada Allah.

Siapa pun menyadari tantangan yang diajukan semua itu kepada umat beriman.  Mau tak mau mereka harus menganggapi tantangan itu.  Memang bagaimana mungkin mereka menolak berusaha sedapat mungkin dengan bantuan Allah, untuk merobohkan dinding-dinding perpecahan dan sikap curiga, mengatasi rintangan-rintangan dan prasangka-prasangka yang menghalangi pewartaan Injil keselamatan dalam Salib Yesus, Penebus tunggal umat manusia?

Kami bersyukur kepada Tuhan, bahwa Ia membimbing kita melangkah maju di jalan kesatuan dan persekutuan antar umat Kristiani.  Jalan itu memang sukar, tetapi begitu penuh kegembiraan.  Dialog-dialog antar konferensi pada tingkat teologis membuahkan hasil-hasil yang positif dan sungguh nyata.  Itu mendorong kita supaya tetap maju.