Gedono
Bangunan Monastik
KEserasihan dan keindahan ilahi
Arsitektur monastik Cisterciencis melambangkan keserasian dan keindahan ilahi. Gedung-gedung dalam biara monastik dibangun dengan sederhana dan bersahaja, sesuai dengan teladan para Bapa Citeaux yang mencari hubungan sederhana dengan Allah yang sederhana. Diharapkan bahwa pertapaan menarik karena kesederhanaan dan keindahannya yang membawa hati kepada Allah.
Bangunan Monastik
Sederhana dan Indah
Konsep
Konsep bangunan Pertapaan Gedono
dibuat oleh Rm. YB Mangunwijaya dengan persetujuan dari biara induk kami
Vitorchiano. Sesudah mempertimbangkan berbagai segi, antara lain:
tersedianya banyak batu yang dijual oeh para penduduk sekitar hingga
mereka dibantu.
Lantai
Lantai Gereja terbuat dari bata sesuai saran Ir. Frick yang mengatakan bahwa lantai rumah Ibadat melambangkan manusia, maka tanah liat sebagai material terendah adalah bahan yang cocok, sementara bahan yang layak dipakai untuk plafon yang melambangkan kemuliaan Allah.
Patung Bunda Pemersatu
Patung Bunda Pemersatu mengungkapkan isi lagu “Salam Ya Ratu” (bisa ditambahkan link ke teks / rekaman lagu), seorang Ibu yang selalu dekat dan hadir bersama kita sepanjang hari. Tangannya terulur menunjukkan kita kepada Putra-Nya, mengajak-Nya memandang kita, anak-anak Bapa, saudara-saudara-Nya.Pada saat yang sama menunjukkan Yesus, Putra-Nya yang terpuji itu kepada kita. Keratuan Maria nampak dalam kesederhanaannya yang anggun. Sementara warna merah bata yang senada dengan warna lantai Gereja, melambangkan Penjelmaan Sang Sabda yang melalui tubuh Bunda-Nya mengambil kemanusiaan kita.
Patung ini adalah karya Pak Bambang, seniman asal Probolinggo yang pada saat itu adalah Prior Ordo III Karmel. Proses pembuatannya berlangsung di Gedono
Jendela
Disain dua jendela utama dalam gereja diinspirasikan oleh gaya seni Cisterciencis pada Abad Pertengahan yang mengungkapkan kesatuan dalam keberagaman, harmoni dan komunio dalam keindahan, suatu kesinambungan yang utuh.