Gedono
9 Juli 2022

Peringatan St. Agustinus Zhao Rong dkk, para martir Tiongkok


Untuk mendapatkan janji Tuhan, kita harus mengikuti teladan-Nya
Pembacaan dari surat Santo Siprianus

 

Salam kepadamu, para saudara!  Aku ingin dapat bertemu muka dengan kamu!  Seandainya keadaan mengijinkan, aku akan mengunjungi kamu.  Tidak ada sesuatu yang lebih kuinginkan daripada berkumpul dengan kamu.  Di situ kita dapat saling berjabat tangan dengan tangan yang murni dan tak bercela, dapat tetap menyatakan setia kepada Kristus, dan menolak korban durhaka kepada berhala.  Apa yang lebih menyenangkan dan membesarkan hati daripada memeluk kamu, sebab kamu telah menerima rahmat untuk menyatakan iman kepada Tuhan?  Apa yang lebih membahagiakan daripada ditatap oleh matamu, yang mengesampingkan dunia dan pantas memandang Allah?

Sayang, keadaan tidak mengijinkan aku mendapat sukacita itu!  Maka aku mengirim surat ini sebagai ganti, untuk dibaca oleh matamu dan didengar oleh telingamu.  Aku mengucapkan selamat kepadamu!  Bertahanlah dengan kekuatan dan ketabahan, dan berilah kesaksian kepada rahmat Tuhan.  Kamu sekarang sudah mulai menempuh jalan di mana Tuhan menempatkan kamu; maka bergegaslah menerima mahkota dalam kekuatan Roh!  Tuhan akan menjadi pelindung dan penunjuk jalan bagimu, seperti yang dikatakan-Nya, “Lihat, Aku akan selalu bersamamu sampai akhir jaman.”

Berbahagialah penjara, yang diterangi oleh kehadiranmu!  Berbahagialah penjara, yang mengantar para hamba Allah menuju surga.  Berkat kehadiranmu, kegelapan penjara ini lebih benderang daripada matahari, lebih cemerlang daripada terang dunia ini.  Di sini tubuhmu sudah menjadi bait Allah, disucikan oleh syahadat yang kamu ucapkan.

Sekarang janganlah ada sesuatu di hati dan budimu selain sabda Tuhan.  Sebab dengan sabda ini Roh Kudus sungguh telah meneguhkan kamu untuk menghadapi derita.  Jangan ada orang berpikir akan kematian!  Sebaliknya, yakinlah bahwa kamu akan luput dari maut!  Jangan kamu memikirkan derita yang sementara!  Tetapi bayangkanlah kemuliaan yang abadi, seperti tertulis, “Sungguh berhargalah dihadapan Tuhan kematian orang beriman.”  Dan di lain tempat dikatakan, “Korban yang berkenan kepada Tuhan ialah jiwa yang remuk redam; Tuhan tidak menolak hati yang hancur luluh dan menyesal.”

Jadi, menurut Kitab Suci penderitaan itu menyucikan para martir kepada Tuhan, dan menguduskan mereka justru dengan pelaksanaan hukuman sebagai martir.  Tentang ini dikatakan, “di mata orang mereka itu dihukum, namun mereka penuh harapan akan kehidupan abadi. Mereka akan memerintah negara-negara dan menguasai bangsa-bangsa, dan Tuhan akan memerintah mereka untuk selama-lamanya.”

Camkanlah: kamu akan menjadi hakim dan memerintah bersama Kristus Tuhan!  Maka kamu harus bergembira!  Di bawah terang sukacita mendatang, kamu harus menganggap penderitaan sekarang tidak berarti.  Sadarilah bahwa di bumi ini, sejak dari permulaan dunia, kebenaran selalu mengalami tantangan berat dalam setiap jaman.  Sudah pada permulaan, Habel yang benar itu dibunuh, dan sejak itu semua orang saleh, para nabi, dan para rasul menerima tugas perutusannya.

Tuhan sendiri mau menjadi teladan dalam hal ini.  Ia mengajarkan kepada kita: Tidak seorang pun dapat masuk dalam kerajaan-Nya kecuali orang yang mengikuti jalan-Nya!  Hal itu nyata dalam sabda-Nya, “Barangsiapa menyayangi hidupnya di dunia ini, ia akan kehilangan hidupnya.  Dan barangsiapa merelakan hidupnya di dunia ini, ia akan menyelamatkannya untuk kehidupan kekal.”  Dan lagi, “Janganlah takut akan mereka yang membunuh badan namun tidak dapat membunuh jiwa; tetapi takutlah akan Dia, yang dapat membinasakan baik badan maupun jiwa di dalam neraka.”

Paulus juga menegaskan kepada kita, bahwa jikalau kita ingin mendapatkan janji Tuhan, kita harus mengikuti Tuhan dalam segala hal.  “Kita ini putra-putri Allah,” katanya, “dan jika putra, juga ahli waris; kita ini ahli waris Allah dan ahli waris bersama-sama dengan Kristus, asal kita menderita bersama Dia, agar kita juga dimuliakan bersama Dia.”

 


* 120 martir dalam kelompok ini meninggal antara 1648-1930.  87 dari mereka lahir di Cina, dan merupakan anak-anak, orang tua, katekis, atau buruh, dengan rentang usia dari 9 hingga 72 tahun.  Kelompok ini mencakup 4 imam diosesan Cina.  Sementara 33 martir kelahiran asing sebagian besar adalah para imam atau religius wanita dari berbagai tarekat.  Agustinus Zhao Rong adalah seorang tentara Tiongkok yang menemani Uskup Yohanes Gabriel Taurin Dufresse menjadi martir di Beijing.  Tidak lama setelah pembaptisannya, Agustinus ditahbiskan sebagai imam diosesan.  Ia menjadi martir pada tahun 1815.  Dibeatifikasi dalam kelompok pada berbagai waktu, 120 martir ini dikanonisasi bersama di Roma pada tanggal 1 Oktober 2000.