Sejak tahun 1988, komunitas mulai menerima calon dan terus diberkati dengan calon-calon baru. Kehadiran kaum muda menjadi anugerah yang menantang komunitas untuk semakin bertumbuh dengan memberi diri untuk mentransmisikan hidup yang telah diterimanya.
Demikianlah, awal mula keberadaan pertapaan kami, yang menambah satu ‘oase’ keheningan, memperkuat jantung Gereja di Indonesia, di tengah hiruk-pikuk kesibukan dunia dan bangsa kita, mengingatkan akan yang transenden: Allah yang menjiwai seluruh kehidupan manusia.
Keberadaan komunitas Pertapaan merupakan kehadiran konkrit misteri Gereja sebagai Tubuh Kristus yang hidup dan bergerak bersama dan memberi nafas kehidupan kepada umat manusia, melalui doa dan pujian yang terus berlangsung setiap hari, dalam semangat cinta kasih dan pertobatan yang bergembira. Maka, pertapaan memang lazim digambarkan sebagai ‘jantung Gereja’.
Gedono terus berkembang, hidup dan berada berkat keibuan Vitorchiano dan kebapaan Rawaseneng hingga saat ini. Seiring waktu, Gedono pun semakin berakar dalam masyarakat dan Gereja lokal Keuskupan Agung Semarang.