PEKAN BIASA XV – SABTU
Sakramen yang kamu terima itu dijadikan oleh sabda Kristus
Pembacaan dari uraian Santo Ambrosius tentang rahasia-rahasia iman
Kita tahu, bahwa rahmat itu mempunyai kekuasaan lebih besar daripada kodrat. Tetapi sejauh ini kita baru berbicara tentang karya rahmat melalui berkat seorang nabi. Jika berkat seorang manusia sudah begitu kuat hingga mampu mengubah kodrat, lalu apa yang harus kita katakan tentang pengudusan oleh Allah sendiri, yang dikerjakan oleh sabda Tuhan dan Juruselamat kita? Jadi, jika kata-kata Elia demikian berkuasa, hingga dapat menurunkan api dari langit, bukankah sabda Kristus berkuasa untuk mengubah hakikat unsur-unsur dunia? Mengenai penciptaan alam semesta kita baca, ‘Ia bersabda dan mereka dijadikan. Ia memberi perintah dan mereka diciptakan.’ Jika oleh Sabda-Nya, Kristus dapat menciptakan sesuatu dari apa yang sebelumnya tidak ada, tidakkah Ia mampu mengubah hal-hal yang ada menjadi sesuatu yang semula tidak demikian?
Tetapi apa gunanya berdebat? Marilah kita merenungkan hal ikhwal Kristus sendiri dan melihat kebenaran dari misteri ini mulai dari misteri penjelmaan-Nya. Apakah kelahiran Tuhan Yesus dari Maria terjadi dalam alam kodrat biasa? Kalau kita memperhatikan tata kodrat biasa, perkandungan itu hasil dari kesatuan pria dan wanita. Jadi jelas di sini, bahwa terjadinya perkandungan Santa Perawan itu mengatasi dan melampaui tata kodrat alami. Dan tubuh yang kita hadirkan ini sama dengan yang dilahirkan dari Sang Perawan. Mengapa kamu berharap untuk menemukan tata kodrat yang biasa, dalam hal ini, pada Tubuh Kristus, sedangkan kamu tahu bahwa Tuhan Yesus sendiri lahir dari seorang perawan, mengatasi dan melampaui tata kodrat yang biasa? Lagi pula, tak dapat disangsikan bahwa ini sungguh-sungguh daging tubuh Kristus yang telah disalibkan dan dimakamkan. Maka yang ada di sini sungguh benar adalah sakramen Tubuh-Nya.
Tuhan Yesus sendiri menyatakan, “Inilah Tubuh-Ku.” Sebelum diberkati dengan kata-kata ini, yang disebut adalah roti. Tetapi setelah konsekrasi, dikatakan ‘tubuh’: roti itu dijadikan Tubuh Kristus. Dan Tuhan sendiri berbicara tentang darah-Nya. Sebelum konsekrasi dikatakan anggur; sesudah konsekrasi disebutkan darah. Dan kalian menanggapi dengan seruan ‘Amin!’, artinya, ‘Itu benar!’. Maka apa yang diucapkan oleh mulut hendaknya akal budimu mengakuinya; dan apa yang diungkapkan dalam kata, biarlah hatimu mengesahkannya. Maka, Gereja sebagai tanggapan atas rahmat yang begitu besar, mendesak putra-putri dan kaum tetangganya, agar mereka semua bergegas bersama menuju sakramen-sakramen: ‘Makanlah, sahabat-sahabatku, dan minumlah sepuas-puasnya, saudara-saudaraku.’
Apa yang kita makan dan apa yang kita minum, dijelaskan oleh Roh Kudus dengan kata-kata Daud, ‘Rasailah dan nikmatilah betapa baiknya Tuhan! Berbahagialah orang yang percaya kepada-Nya.’ Di dalam sakramen itu ada Kristus, Tubuh Kristus. Maka itu bukanlah makanan jasmani, melainkan rohani. Itulah sebabnya Rasul Paulus juga berkata tentang lambangnya: ‘Leluhur kita makan makanan rohani dan minum minuman rohani.’ Tubuh Allah itu tubuh rohani, tubuh Tuhan Kristus itu tubuh Roh Ilahi, sebab Kristus adalah Roh itu, seperti kita baca, ‘Kristus, Tuhan kita, itu Roh di hadapan muka kita.’ Dan dalam surat Petrus kita baca, ‘Kristus wafat untuk kamu.’ Akhirnya, makanan itulah yang menguatkan hati kita, dan minuman itulah yang menggembirakan hati manusia, demikian diingatkan oleh pemazmur kepada kita!