Gedono
23 Juli 2022

Peringatan Santa Perawan Maria


Hati Maria, Semak Musa yang Menyala (2)
Pembacaan dari tulisan Santo Yohanes Eudes

 

Tuhan mencintai semak yang menyala karena api yang menyelu­bungi tanpa membakarnya melambangkan api kasih ilahi yang memenuhi Hati Maria, cinta yang jauh lebih besar dari cinta hati para malai­kat dan manusia.  Duri-duri melambangkan penderit­aan yang pahit dan kecemasan tak terucapkan yang menembus Hati Bunda Allah, penderi­taan yang dia terima demi cinta kepada Allah dan kesela­matan  umat manusia.

Lebih lagi, Allah turun dari surga ke semak Gu­nung Horeb dan menyatakan diri-Nya kepada Musa, “dalam nyala api,” untuk menyingkapkan cinta kasih-Nya kepada umat-Nya, dan berbicara “dari tengah semak”.  Menurut versi lain Dia berbicara “dari lubuk hati semak,” untuk menyatakan maksud-Nya bagi pembebasan anak-anak Israel dari tawanan Firaun melalui perantaraan Musa.  Dalam cara yang seru­pa, Putra Allah, dalam luapan cinta-Nya, turun dari sisi Bapa kekal ke dalam Hati Bunda-Nya, yang berkobar-kobar dengan cinta kasih kepada Allah dan kepada umat manusia, dengan maksud mengerjakan keselamatan kita dan mengiku­tsertakan Maria dengan diri-Nya sendiri sebagai alat bagi karya agung ini.

Allah tinggal dalam semak yang menyala hanya untuk sementa­ra waktu, tetapi Dia mendiami Hati Bunda kita yang mulia untuk selamanya  “Allah berada di teng­ah-tengah, oleh karenanya tidak akan dipin­dah.”  Menurut terjemahan lain, “Allah berada di dalam lubuk hati dan tidak pernah akan mening­galkann­ya.”  Akan tetapi, ciri khas utama yang harus kita perhatikan mengenai semak bernyala yang diucapkan oleh Musa: “Aku akan pergi dan melihat tanda besar ini, mengapa semak itu tidak terbakar?”  Teks suci mengatakan bahwa Musa melihat semak di tengah-tengah api yang menyala, namun tidak membakarnya.  “Dia melihat semak menyala dan tidak terbak­ar.”

Ini sungguh merupakan keajaiban yang besar.  Namun hanya merupakan gambaran dari keajaiban yang terjadi jauh lebih besar di dalam Hati Bunda kita yang mengagumkan.  Hati Maria merupakan bimas­akti segala keajaiban dan salah satu yang paling menakjubkan adalah bahwa sementa­ra Bunda Cinta sejati tinggal di dunia ini, Hatinya dibakar dengan cinta kepada Allah begitu intens hingga nyala suci ini akan menghabiskan kehidupan bada­nnya jika dia tidak dilindungi secara ajaib di tengah-tengah kegairahan surgawi yang sedemikian itu.  Maka merupakan suatu kekaguman yang lebih besar untuk melihat Bunda kita yang hidup dikelilingi oleh api surgawi tanpa dibinasakan, daripada melihat semak menya­la yang dilihat Musa di tengah-tengah api tanpa membakar­nya.  Maka kita boleh menyim­pulkan bahwa semak bernyala di Gunung Horeb ses­ung­guhnya merupakan gambaran penuh arti dari Hati tersu­ci Bunda Allah.

Demikian pula, patutlah diingat bahwa hatimu sendiri harus terbakar oleh api cinta kasih yang mengobarkan Hati Perawan Maria, api yang diseba­rkan oleh Putra Allah ke bumi, karena kalau tidak, hatimu akan terbakar selamanya dalam lau­tan api yang mengerikan yang disiap­kan untuk si jahat dan para pengikutnya.  Oh, betapa besar perbedaan di antara dua macam api ini!  Nyala api yang menyiksa selamanya tanpa membakar habis dan nyala api yang menyena­ngkan dan menggem­birakan yang terus menerus mengobarkan hati Seraphim yang bergairah.

Bersukacitalah setiap orang yang membaca atau mendengar­kan kata-kata ini!  Berterimakasihlah kepada Allah bahwa kamu masih hidup, masih mampu untuk memilih api yang mana akan mengobarkan hatimu.  Berusahalah sekuat tenaga untuk mema­da­mkan nyala api cinta diri, duniawi, nyala api kemarahan, nafsu, iri hati dan ambisi.  Berikan hatimu seutuh­nya kepada Yesus Kristus.  Mohonlah kepada-Nya untuk menyala­kan­nya dengan cinta-Nya.  Untuk tujuan ini tidak ada doa yang lebih baik selain kata-kata Santo Agustinus: “O api ilahi yang selalu menyala dan tak pernah terpadamkan. O Cinta yang selalu bergairah dan tak pernah menjadi dingin.  Kobarkan keberadaanku!  Nyala­kanlah aku se­luruhnya hingga aku hanya men­jadi nyala api yang bernyala karena cinta pada-Mu”.

 


Dalam Ordo kami, hari Sabtu pada masa biasa dibaktikan untuk memperingati Santa Perawan Maria.