MINGGU BIASA XVII
Dalam segala penderitaan aku penuh dengan sukacita
Pembacaan dari Homili Santo Yohanes Krisostomus tentang Surat Kedua kepada Umat di Korintus
Sekali lagi Paulus mulai berbicara tentang cinta, guna mengurangi kekerasan tegurannya. Ia telah memperingatkan dan menegur umat karena mereka tidak mencintai dia sebagaimana ia mencintai mereka. Bagi kamu ada tempat yang luas dalam hati kami, tetapi bagi kami hanya tersedia tempat yang sempit di dalam hati kamu (2Kor 6:12). Mereka mengabaikan cintanya dan menggabungkan diri dengan orang-orang yang kacau hidupnya. Dan untuk memperhalus tegurannya, ia berkata, ‘Bukalah hatimu kepada kami‘, artinya, ‘Cintailah kami.’ Kerelaan yang dimintanya, sama sekali tidak akan merupakan beban bagi mereka, tetapi justru lebih menguntungkan yang memberi daripada yang menerima. Ia juga tidak berkata, ‘Cintailah!’ melainkan dengan kata-kata yang lebih menarik: ‘Maka sekarang, supaya timbal balik —aku berkata seperti kepada anak-anakku—: Bukalah hati kamu selebar-lebarnya!’ (2Kor 6:13).
Ia bertanya, ‘Siapakah yang mengusir kami dari pikiranmu, membuang kami keluar dari hatimu? Bagaimana hatimu sampai tertutup bagi kami? Sebelumnya Paulus berkata, ‘Kamu membatasi afeksimu sendiri.’ Dan sekarang ia lebih terbuka dengan mengatakan: ‘Bukalah hatimu kepada kami.’ Atau: ‘Berikanlah tempat bagi kami di dalam hatimu’. Dengan jalan ini sekali lagi ia menarik mereka kepada dirinya. Sebab tidak ada yang dapat menarik seseorang untuk membalas cinta, kecuali bila ia menyadari bahwa orang yang mencintainya itu sangat mengharapkan untuk dicintai.
‘Seperti sudah kukatakan lebih dahulu,‘ katanya, ‘kami begitu sayang akan kamu, sehingga kita ini selalu bersama-sama entah hidup atau mati.‘ Inilah puncak kekuatan cinta: meskipun dihina, orang yang mencintai tetap ingin sehidup semati dengan yang dicintainya. Kamu tidak hanya kubawa di dalam hatiku, tetapi sungguh seperti kukatakan. Sebab, mungkin saja mencintai, namun mengundurkan diri, apabila bahaya mengancam. Tetapi cintaku tidak demikian!
‘Aku penuh dengan penghiburan.’ Penghiburan apakah? Itulah penghiburan karena kamu telah berubah menjadi lebih baik; aku terhibur karena perbuatan-perbuatanmu. Wajarlah jika orang yang mencinta itu mengeluh karena tidak mendapatkan balasan cinta dan sekaligus juga takut bahwa bila berlebihan dalam menegur, ia bisa membuat hati gundah. Maka dari itu Paulus berkata, ‘Aku penuh dengan penghiburan, hatiku meluap dengan kegembiraan.’
Maksudnya ialah: ‘Kamu telah amat menyusahkan aku, tetapi kini telah kamu perbaiki, dan itu menjadi hiburan bagiku: kamu tidak hanya menghapus penyebab kesedihanku, kamu bahkan membuat aku penuh sukacita.’ Lalu ia menunjukkan, betapa besar sukacitanya itu. Ia tidak hanya berkata, ‘Aku meluap kegembiraan’, tetapi ditambahkannya, ‘di dalam segala kesengsaraanku’. ‘Begitu besar sukacita yang kamu berikan kepadaku, hingga tidak dapat dikurangi oleh semua yang kami derita; sukacita yang mengatasi segala kesusahan dan kesengsaraan, dan menghapus ingatan akan semua itu.’