PEKAN BIASA XXII – JUMAT
Berbahagialah orang yang berjiwa miskin
Pembacaan dari khotbah Santo Leo Agung, Paus, tentang Sabda Bahagia
Sudah pasti bahwa orang miskin lebih mudah mencapai kurnia kerendahan hati daripada orang kaya; kelembutan hati seiring dengan kemiskinan, kesombongan biasanya dengan kekayaan. Namun amat banyak orang kaya menggunakan kekayaannya bukan untuk memamerkan kesombongannya tetapi untuk perbuatan-perbuatan amal. Bagi mereka, apa yang mereka gunakan untuk meringankan kepedihan dan penderitaan orang lain, suatu keuntungan paling besar.
Keutamaan ini terbuka bagi semua orang, apa pun golongan dan kondisinya, sebab mereka semua dapat berbagi tujuan yang sama, meskipun kekayaan material masing-masing berbeda-beda. Harta duniawi yang tidak setara itu bukanlah masalah, ketika mereka terlihat sama dalam berkat-berkat rohani. Maka, kemiskinan itu terberkati, kalau tidak terjebak oleh keinginan-keinginan akan harta yang fana dan tidak memburu bertambahnya kekayaan duniawi, melainkan penuh gairah ingin diperkaya dengan harta surgawi.
Di samping Tuhan kita, para rasullah yang paling nyata memberikan teladan dalam menghayati kemiskinan yang mulia. Mereka segera meninggalkan segala miliknya pada saat dipanggil Sang Guru surgawi. Dalam pertobatan mendadak ini mereka diubah dari penjala ikan menjadi penjala manusia! Dan mereka menarik banyak orang lain untuk mengikuti teladan iman mereka, karena menyaksikan para putra Gereja purba itu yang hidup sehati dan sejiwa di antara para orang beriman. Dengan membagi-bagi semua harta dan milik, mereka diperkaya dengan harta abadi, karena kemiskinan yang murah hati. Dengan mengikuti pengajaran para rasul, mereka bersukacita karena tidak memiliki apa-apa dari dunia ini, tetapi memiliki segalanya bersama Kristus.
Waktu Rasul Petrus sedang masuk ke bait Allah, ketika diminta sedekah oleh orang lumpuh yang ada disitu, ia menjawab, ‘Perak dan emas, aku tidak punya; tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus dari Nazaret, bangkit dan berjalanlah!’ Apakah ada yang lebih tinggi daripada kerendahan hati ini? Apakah ada yang lebih kaya daripada kemiskinan ini? Petrus tidak dapat menolong dengan memberi uang, namun ia dapat memberi harta alami. Dengan ucapannya, Petrus menyembuhkan orang yang lahir cacat. Petrus tidak mempunyai mata uang yang bergambar kaisar, tetapi ia memulihkan gambar Kristus dalam orang itu.
Oleh kekayaan dari harta rohani ini, bukan hanya orang lumpuh itu yang tertolong dan bisa berjalan, tetapi juga 5000 orang lain yang percaya akan pewartaan para rasul karena mukjijat penyembuhan itu! Dengan demikian, Petrus, dalam kemiskinannya, tidak memiliki uang untuk diberikan kepada pengemis itu, namun ia memberikan rahmat ilahi yang berkelimpahan: Ia menyembuhkan kaki si lumpuh, dan membawa kesehatan jiwa bagi ribuan orang beriman. Yang ditemukannya lumpuh, dibuatnya meloncat kegirangan dalam Kristus.