7 September 2022

PEKAN BIASA XXIII – RABU


Tahap-tahap kontemplasi
Pembacaan dari Khotbah Santo Bernardus

 

Marilah kita menempatkan diri di atas menara, dengan segala kekuatan bertumpu kepada Kristus, karang padas yang tak tergoyahkan, sebab ada tertulis, ‘Ia menempatkan kakiku di atas wadas, dan menjamin keamanan langkahku.’  Dalam posisi yang kokoh ini, marilah kita berkontemplasi, mendengarkan apa yang dikatakan Tuhan kepada kita, dan apa jawaban kita, kalau Ia menuduh kita.

Langkah pertama dalam kontemplasi, saudara-saudara terkasih, adalah memikirkan selalu apa yang dikehendaki Allah, apa yang berkenan kepada-Nya, dan apa yang baik dalam pandangan-Nya.  Kita ini banyak menyakiti hati, membuat banyak kesalahan, dan ketegaran kehendak kita sering kali memberontak melawan kesucian kehendak-Nya!  Dan karena keduanya tidak dapat diselaraskan dan diserasikan; kita tidak sekehendak dengan Allah, atau bahkan juga tidak sepenuhnya sesuai dengan itu; maka baiklah kita merendahkan diri di bawah kuasa Allah Yang Mahatinggi.

Di hadapan pandangan-Nya yang penuh belas kasihan, marilah kita mengakui diri tidak layak, dengan berkata, ‘Sembuhkanlah aku, ya Tuhan, dan aku akan selamat.’  Dan juga, ‘Ya Tuhan, bermurah hatilah terhadap aku, dan sembuhkanlah aku, karena aku telah berdosa terhadap-Mu.’  Setelah mata kita dibersihkan dengan merenungkan kenyataan ini, kita tidak lagi tinggal dalam kepahitan jiwa, tetapi bersukacita dalam Roh Allah.  Kita tidak lagi memikirkan kehendak Tuhan bagi kita, melainkan apa arti kehendak Tuhan itu sendiri.

Hidup kita ini ada dalam kehendak-Nya.’  Jadi kita dapat yakin bahwa apa yang selaras dengan kehendak-Nya, tentu sekaligus berguna dan menguntungkan bagi kita.  Maka, untuk menjaga kehidupan jiwa kita, kita juga harus berusaha sedapat mungkin, jangan sampai menyimpang dari kehendak Tuhan!

Kalau kita mencapai suatu kemajuan dalam latihan-latihan rohani, di bawah pimpinan Roh Kudus, yang menyelidiki kedalaman diri Allah, marilah kita menyadari betapa manis dan baiknya Allah itu,  dan betapa baiknya tinggal di dalam Allah.  Marilah kita berdoa bersama nabi agar kita melihat kehendak Allah, dan sekarang, agar kita dapat masuk, bukan ke dalam hati kita, melainkan ke dalam bait suci-Nya.  Di situ kita akan terus menerus berdoa, ‘jiwaku remuk-redam di dalam diriku, maka aku ingat akan Dikau.’

 Seluruh kehidupan rohani itu berkisar pada dua hal ini: pertama, bila memikirkan diri sendiri, kita resah dan keresahan kita membawa keselamatan; dan kedua, bila memikirkan Allah, kita dipulihkan, dan menemukan penghiburan dalam sukacita Roh Kudus.  Dari yang pertama, kita menjadi takut dan rendah hati, tetapi dari yang kedua, dengan mengontemplasikan Allah, kita mendapatkan harapan dan cinta.