10 September 2022

PEKAN BIASA XXIII – SABTU


Pemberi Hidup, berilah hidup baru kepada kami
 Pembacaan dari Khotbah Santo Athanasius tentang Penjelmaan Sang Sabda

 

Tuhan, Sabda Bapa Yang Mahabaik, tidak meninggalkan umat manusia, ciptaan-Nya sendiri, ketika mereka jatuh binasa.  Dengan mengorbankan tubuh-Nya sendiri, Tuhan menghancurkan maut, yang telah didatangkan oleh manusia; dengan pengajaran-Nya Ia memperbaiki kelalaian manusia dan dengan kuasa-Nya sendiri Ia memulihkan seluruh keadaan manusia.

Kita dapat memperoleh peneguhan ini lewat para pengarang suci, murid-murid Sang Penyelamat sendiri: ‘Cinta Kristus mendorong kita, karena kita yakin, bahwa satu orang telah mati untuk semua, jadi semuanya telah mati.  Ia mati untuk kita, agar kita tidak lagi hidup bagi diri kita sendiri, melainkan bagi Dia yang telah mati dan bangkit untuk kita,‘  yaitu Tuhan kita Yesus Kristus.  Dan di lain tempat dinyatakan, ‘Kita melihat Yesus, yang untuk sementara telah dijadikan lebih rendah daripada para malaikat, dimahkotai dengan kemuliaan dan kehormatan karena telah menderita maut, agar dengan rahmat Allah Ia dapat merasakan kematian bagi setiap orang.’

Pengarang melanjutkan dengan menunjukkan mengapa harus Allah, Sang Sabda, yang menjelma, dan bukan yang lain yang menjadi manusia!  Sudah selayaknyalah bahwa Allah, Sang Sabda, –yang bagi-Nya dan oleh-Nya segala sesuatu ada,– untuk membawa banyak putra kepada kemuliaan, harus melalui penderitaan, menjadi pemimpin mereka kepada keselamatan.  Dalam kata-kata ini dinyatakan, bahwa hanya Sang Sabda sendirilah yang harus membebaskan manusia dari kebinasaan yang dialaminya, sebab Dialah yang membuat mereka pada awal mula.

Selanjutnya Kitab Suci menyampaikan bahwa Sang Sabda sendiri mengenakan tubuh, agar Ia dapat mempersembahkan korban untuk tubuh-tubuh lain, seperti tubuh-Nya sendiri.  Kitab Suci menyatakan hal ini sebagai berikut: ‘Karena anak-anak berada dalam daging dan darah, maka Ia sendiri pun mengenakan daging dan darah yang sama.  Dengan demikian Ia dapat membinasakan dia, yang berkuasa dengan maut, yaitu setan, dan dapat membebaskan mereka semua, yang selama hidup tetap terbelenggu karena takut akan maut.’  Dengan mengorbankan tubuh sendiri Ia menghapus hukum, yang disusun melawan kita, dan memulai hidup baru bagi kita, dengan memberi kita harapan akan kebangkitan.

Seperti yang dikatakan oleh Paulus, pembawa Kristus: ‘Seperti dahulu oleh manusia maut datang, demikianlah sekarang oleh manusia juga datanglah kebangkitan dari maut. Sebab seperti semua orang mati dalam Adam, begitu juga semua orang akan dijadikan hidup dalam Kristus.’  Maka, kita tidak akan mati lagi sebagai manusia terhukum, tetapi, sebagai manusia yang bangkit dari maut, kita menantikan kebangkitan bagi semua, yang akan dinyatakan oleh Allah pada waktunya, sebagai karya dan karunia-Nya.’