26 September 2022

PEKAN BIASA XXVI – SENIN


Marilah kita bersenjatakan senjata kejujuran
Pembacaan dari Surat Santo Polikarpus kepada umat di Filipi

 

Saudara-saudaraku, saya tidak akan memberanikan diri untuk menulis surat kepadamu, tentang hidup suci, jika bukan kamu sendiri yang memintanya kepadaku.  Sebab seperti setiap orang lainnya sebangsaku, saya jauh dari kebijaksanaan yang dimiliki rasul kita Paulus yang terberkati dan mulia.  Selama ia tinggal bersama kamu, ia memberikan kepada orang-orang sezamannya pelajaran yang jelas dan mantap tentang sabda kebenaran.  Dan bahkan setelah ia pergi, ia masih mengirim surat kepadamu, yang bila dipelajari dengan teliti, akan memberi kamu kemampuan untuk maju dalam iman.  Iman adalah ibu kita semua; disusul oleh harapan, dan di dahului oleh cinta – cinta akan Allah, akan Kristus serta sesama kita.  Hendaknya pikiran manusia diarahkan kepada itu semua, maka ia sudah memenuhi semua tuntutan akan kesucian, dan, memiliki cinta itu berarti berada di luar jangkauan dosa.

Tetapi setiap macam kejahatan berasal dari keinginan untuk memiliki, suatu keserakahan hati.  Maka dari itu, karena kita tahu bahwa kita tidak membawa apa-apa ketika masuk ke dunia, dan tidak dapat membawa serta apa pun waktu meninggalkan dunia, kita harus mengenakan perlengkapan senjata kejujuran; dan langkah pertama ialah melatih diri kita sendiri untuk melakukan perintah-perintah Allah.  Sesudah itu kita dapat melanjutkan dengan mengajar para wanita, yakni istri-istrimu, dalam tradisi iman, dalam cinta dan kemurnian; untuk menunjukkan kasih sayang dan kesetiaan kepada suami mereka, menaruh afeksi murni bagi setiap orang tanpa membeda-bedakan, dan mengasuh anak-anak agar menjadi takwa kepada Allah.

Para janda harus bertindak bijaksana, dalam menghayati iman Tuhan.  Mereka harus tekun mendoakan setiap orang, dan menjauhkan diri dari gossip, fitnah, menjelekkan orang lain, menuduh dengan palsu, mengatakan hal yang bukan-bukan, menuruti keserakahan akan uang, atau kejahatan lainnya.  Mereka harus menyadari, bahwa mereka itu merupakan altar Allah, Dia yang memeriksa segala persembahan yang diletakkan di atasnya; dan di hadapan-Nya tidak ada maksud serta pikiran yang tersembunyi.  Tak satu pun yang dikandung di dalam hati dapat dirahasiakan.

Kita tahu, bahwa Tuhan tidak dapat dipermainkan; maka dari itu kita sepantasnya berbuat yang layak sesuai dengan perintah-perintah-Nya, demi kemuliaan-Nya.  Demikian pula atas dasar yang sama para diakon harus ingat bahwa mereka itu pelayan Allah dan Kristus, bukan pelayan manusia, maka jangan sampai ada cela apa pun yang harus dibawa ke hadapan pengadilan.  Mereka tidak boleh mendua, menjelekkan orang lain, atau bersikap serakah; tetapi dalam segala hal tahu bertahan diri, murah hati dan bekerja keras, hidup  menurut kebenaran Tuhan yang telah menjadi hamba bagi kita semua.

Bila kita berkenan pada-Nya dalam dunia sekarang ini, kita akan memperoleh dunia mendatang, sebab kita telah menerima janji-Nya, yaitu bahwa Ia akan membangkitkan kita dari kubur.  Dan kalau kita hidup layak bagi-Nya, sebagai warga yang baik disini, kalau kita percaya dan menyerahkan  diri kita kepada-Nya, maka kita akan memerintah bersama Dia.