12 Oktober 2022

PEKAN BIASA XXVIII – RABU


Terang yang menerangi setiap insan
 Pembacaan dari uraian Santo Maximus Abas ditujukan kepada Thalasius

 

Pelita yang diletakkan di atas kaki pelita adalah Tuhan kita, Yesus Kristus, Terang sejati, yang berasal dari Bapa.  Dialah Terang yang menerangi setiap manusia yang masuk ke dalam dunia.  Dengan menjadi salah satu di antara kita dan mengambil kodrat manusia, Ia menjadi Terang dan disebut pelita.  Ini berarti, bahwa menurut kodrat Ia adalah Kebijaksanaan dan Sabda Allah Bapa.  Sabda itu diwartakan di dalam Gereja Tuhan dengan iman yang benar, dengan setia dan teratur; dan ditinggikan menjadi terang bercahaya cemerlang di antara bangsa-bangsa melalui hidup keutamaan, yang dihayati sesuai dengan perintah-perintah Allah, hingga memberi terang kepada semua orang yang ada di dalam rumah (yang kumaksud itu dunia ini).

Maka kita temukan Sabda ilahi berikut ini: ‘Orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.’   Jelas Ia menyebut diri-Nya pelita, sebab meskipun Ia itu Allah menurut kodrat-Nya, Ia menjadi manusia menurut rencana keselamatan Allah.  Kukira Daud yang agung mengerti akan hal ini, ketika ia berbicara tentang Tuhan sebagai pelita, ‘Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.’   Karena itulah Juruselamat, Tuhanku dan Allahku; yang membebaskan manusia dari kegelapan dosa dan ketidaktahuan.  Itulah juga alasan mengapa Kitab Suci menyebutnya sebagai pelita.

Seperti pelita, Ia telah memusnahkan kesuraman ketidaktahuan dan kegelapan dosa dan dengan demikian Ia telah menjadi satu-satunya jalan keselamatan bagi semua manusia.  Dengan keutamaan dan pengetahuan Ia membawa kepada Bapa semua yang bertekad untuk mengikuti Dia, Jalan kebenaran, dengan menaati perintah-perintah ilahi.  Gereja Kudus disebut-Nya kaki pelita, sebab karena pewartaannya Sabda Allah bersinar daripadanya untuk menerangi dengan terang kebenaran, semua yang hidup di dunia ini, seperti di dalam rumah, dan memenuhi budi manusia dengan pengenalan akan Allah.

Sabda tidak boleh dirugikan karena diletakkan di bawah gantang; ia harus ditempatkan di atas kaki pelita yang agung dan indah, yaitu Gereja.  Sebab jika Sabda dikekang oleh huruf dalam hukum, seperti terang di bawah gantang, manusia akan kehilangan terang abadi.  Kepada mereka yang berusaha membebaskan diri dari indera tidak diberikan penglihatan rohani, sebab mereka mengira, bahwa indera itu hanya menipu, hanya mampu untuk membuat kesalahan, dan hanya bisa menangkap apa yang sesuai dengan kodratnya, yaitu yang dapat binasa.  Tetapi kalau Sabda ditempatkan di atas kaki pelita, yaitu Gereja, tempat Allah menerima kebaktian sejati dalam roh, maka kepada semua manusia akan diberikan terang.

Jika huruf tidak diartikan menurut roh, maka hanya dapat ditangkap dengan indera, yang berarti bahwa apa yang harus dikatakan dibatasi dan kekuatan dari apa yang tertulis dihalangi untuk dapat meresap di dalam budi.  Maka dari itu, janganlah kita meletakkan di bawah gantang pelita, yaitu sabda pengetahuan atau pengertian yang memberi terang, yang telah kita nyalakan dengan kontemplasi dan tindakan rohani.  Janganlah kita sampai dituduh bersalah karena membatasi dengan huruf kuasa kebijaksanaan yang tak terselami.  Tetapi marilah kita meletakkannya di atas kaki pelita, yaitu Gereja; di atas ketinggian kontemplasi sejati; dari situ ia dapat menyinarkan terang ajaran ilahi kepada semua manusia.