27 Oktober 2022

PEKAN BIASA XXX – KAMIS


Bentuk dan keserupaan Kebijaksanaan
diciptakan dalam karya-karya Allah
Pembacaan dari uraian Santo Atanasius melawan Arius

 

Karena gambar Kebijaksanaan telah tercipta dalam diri kita dan dalam seluruh karya penciptaan, maka Kebijaksanaan sejati, Sang Pencipta yang membentuk dunia, mengatakan tentang diri-Nya apa yang menjadi bagian dari gambar-Nya: ‘Tuhan menciptakan aku dalam karya-Nya.’  Memang apa yang dikatakan oleh Kebijaksanaan yang ada dalam diri kita, Tuhan sendirilah yang menyatakannya.

Kebijaksanaan sendiri tidak diciptakan, sebab Dia adalah Pencipta, namun meskipun Kebijaksanaan itu tidak terhitung dalam hal-hal yang diciptakan, oleh karena bentuk dan keserupaannya ditemukan dalam semua karya penciptaan-Nya, Ia berbicara tentang diri-Nya sendiri seakan-akan Ia adalah ciptaan, dengan mengatakan: ‘TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala.  Kemudian Tuhan berkata, ‘Yang menyambut kamu, menyambut Aku.’  Ia dapat mengatakan demikian karena gambar dari diri-Nya ada di dalam kita.

Lagipula pantulan kebijaksanaan ini tercurah pada karya-karya Tuhan, hingga dunia dapat mengenal Sang Sabda, yaitu Pencipta dunia, di dalamnya, dan mengenal Bapa karena Sang Sabda.  Justru inilah yang diajarkan oleh Paulus, ‘Apa yang dapat diketahui tentang Allah, jelas bagi mereka, karena Tuhan menunjukkan hal itu kepada mereka.’  Kesempurnaan-Nya yang tak kelihatan, kekuasaan-Nya yang abadi, dan keilahian-Nya dapat dikontemplasikan dengan akal budi dalam karya-karya yang dibuat-Nya sejak dunia dijadikan.

Tetapi kalau orang tidak mau percaya akan hal ini, hendaklah ia menjawab pertanyaan, apakah di dalam ciptaan itu ada kebijaksanaan atau tidak.  Kalau tidak ada, mengapa rasul mengeluh sebagai berikut?  ‘Sebab oleh karena dunia, dalam kebijaksanaan Allah, tidak mengenal Allah oleh kebijaksanaan-Nya, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil.’  Atau kalau tidak ada kebijaksanaan, bagaimana di dalam Kitab Suci dikenang begitu banyak orang bijaksana?  Sebab orang bijaksana, dalam rasa takut, menjauhkan diri dari kejahatan, dan ‘dengan kebijaksanaan rumahnya dibangun’.

Dalam Kitab Pengkhotbah dikatakan juga, ‘Hikmat menjadikan wajah manusia bercahaya dan berubahlah kekerasan wajahnya.  Dan orang yang lengah hati ditegur’.  Janganlah mengatakan: Mengapa zaman dulu lebih baik dari pada zaman sekarang?  Karena bukannya berdasarkan hikmat engkau menanyakan hal itu.

Putra Sirakh memberi kesaksian, bahwa di dalam barang ciptaan ada kebijaksanaan,Ia mencurahkan itu kepada semua karya-Nya, dan kebijaksanaan diam di setiap daging sesuai kurnia yang diberikan-Nya, dan ia memberikannya kepada orang yang cinta kepada-Nya.’   Pencurahan ini sama sekali tidak terkait dengan kodrat kebijaksanaan, karena kebijaksanaan ada dari dirinya sendiri dan tidak dijadikan, tetapi hal itu mengenai apa yang ada di dunia.

Maka mengapa nampaknya tak dapat dipercaya, jika kebijaksanaan sejati, yang berkarya, yang bentuk dan gambaran-Nya adalah kebijaksanaan dan pengetahuan yang dicurahkan ke dunia, seakan-akan tentang dirinya berkata, ‘Tuhan menciptakan aku di dalam karya-Nya’ ?  Kebijaksanaan yang ada di dunia itu tidak mencipta, melainkan diciptakan dalam karya Allah.  Dan dengan demikian ‘langit mewartakan kemuliaan Tuhan dan cakrawala memasyhurkan karya tangan-Nya’.