Gedono
5 November 2022

Peringatan Santa Perawan Maria


Maria sebagai Teladan Gereja dalam Keibuan dan Keperawanannya
Pembacaan dari Ensiklik “Redemptoris Mater”  dari Santo Yohanes Paulus II, Paus

 

Gereja sendiri juga “menjadi seorang ibu dalam menerima Sabda Allah dengan penuh kepercayaan”.  Seperti Maria yang pertama-tama percaya dengan menerima Sabda Allah yang diwahyukan kepadanya pada saat pewartaan malaikat, dan selanjutnya percaya akan Sabda itu dalam semua percobaan malahan sampai ke salib, demikian juga Gereja menjadi seorang ibu, karena dengan penuh kesetiaan menerima Sabda Allah, dan “dengan ajaran serta permandian melahirkan anak-anak yang dikandung dari Roh Kudus dan dilahirkan dari Allah untuk kehidupan baru yang kekal.”

Sifat khusus “keibuan” Gereja ini diungkapkan dengan cara yang hidup oleh Rasul para orang kafir ketika menulis: “Hai anak-anakku, karena kamu, aku menderita sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu” (Gal 14:19).  Kata-kata Santo Paulus ini membuat tanda yang menarik tentang kesadaran Gereja Perdana mengenai keibuan Gereja, yang berhubungan dengan tugas kerasulan umat manusia.  Kesadaran ini sejak dulu sampai sekarang memungkinkan Gereja untuk melihat misteri kehidupan dan tugasnya yang dibentuk atas contoh Bunda dari Sang Putra, yang “adalah putra sulung di antara banyak saudara.”

Dapat dikatakan bahwa dari Maria, Gereja juga belajar tentang keibuannya sendiri: ia mengenal matra keibuan dari panggilannya, yang secara hakiki terikat kepada sifat sakramentalnya, dengan “merenungkan kesucian Maria, dengan meniru cinta kasihnya dan menjalankan kehendak Bapa secara penuh percaya.  Apabila Gereja adalah tanda dan sarana persatuan erat dengan Allah, demikian juga ia karena keibuannya, disebabkan menerima kehidupan Roh, ia “melahirkan”putra dan putri umat manusia ke dalam hidup baru Kristus.

Seperti Maria mengabdi misteri penjelmaan, demikian pula Gereja selalu mengabdi misteri tentang manusia diangkat anak oleh Allah melalui rahmat.  Begitu pula, dengan mengikuti teladan Maria, Gereja tetap menjadi perawan yang setia kepada mempelai lelaki “Gereja sendiri adalah perawan yang setia, yang menyimpan kesetiaan murni yang dijanjikan kepada Mempelai Pria.”  Gereja adalah pengantin Kristus, seperti nyata dari surat-surat Santo Paulus, dan dari sebutan yang terdapat dalam Yohanes: “mempelai Anak Domba”.

Apabila Gereja sebagai pengantin “menjaga kesetiaan yang dijanjikan kepada Kristus”, kesetiaan ini, meskipun dalam ajaran Rasul telah menjadi gambaran perkawinan, juga mempunyai nilai sebagai suatu pola serah diri kepada Allah dalam selibat “untuk kerajaan surga”, dalam keperawanan yang dibaktikan kepada Allah.  Tepatnya, keperawanan demikian itu, seturut teladan Perawan dari Nazareth, merupakan sumber kesuburan rohani adalah sumber keibuan dalam Roh Kudus.

Tetapi Gereja juga menjaga iman yang diterima dari Kristus.  Dengan mengikuti teladan Maria, yang menyimpan dan merenungkan dalam hati segala yang berhubungan dengan Putra Allah.  Gereja dipercaya untuk menyimpan Sabda Allah dan menyelidiki kekayaannya dengan teliti dan hati-hati, dengan maksud untuk memberikan kesaksian iman tentang hal itu bagi seluruh umat manusia dalam setiap jaman.