25 November 2022

PEKAN BIASA XXXIV – JUMAT


Dengan menyingkirkan rasa takut akan mati,
baiklah kita berpikir tentang kehidupan kekal
 Pembacaan dari khotbah St. Siprianus tentang kematian

 

Kita harus ingat bahwa kita wajib melakukan kehendak Tuhan dan bukan kehendak sendiri, sesuai dengan doa yang diajarkan oleh Tuhan untuk kita doakan sehari-hari.  Kalau kita berdoa, agar kehendak Allah terjadi, betapa bodoh dan jahat kita ini untuk tidak segera menaati perintah-Nya.  saat Ia memanggil kita untuk meninggalkan dunia ini.  Kita bergulat dan melawan, dan bagaikan budak yang keras kepala, kita dibawa ke hadapan Tuhan dengan sedih dan murung; kita meninggalkan dunia ini, dengan dirantai keharusan daripada karena ketaatan yang rela.

Kita ingin dihargai oleh Tuhan dengan karunia surgawi, tetapi kita hadapi karunia itu dengan tidak rela, bila tidak sesuai dengan kehendak kita.  Maka mengapa kita berdoa dan memohon agar Kerajaan Surga datang, kalau pembuangan di dunia menyenangkan kita?  Lalu mengapa berdoa, dan mohon agar hari Kerajaan Surga  datang, jika kurungan tahanan di dunia menyenangkan kita?  Mengapa kita berdoa dan berdoa terus-menerus agar hari Kerajaan Surga cepat tiba, jika keinginan dan dambaan kita akan perhambaan pada setan di sini lebih kuat dan lebih besar daripada untuk memerintah bersama Kristus ?

Kalau dunia membenci orang Kristen, mengapa kamu mencintai yang membenci kamu, dan mengapa kamu tidak lebih baik mengikuti Kristus yang menebus dan mencintai kamu?  Dalam suratnya, Yohanes berseru dan memperingatkan kita, agar jangan mengikuti keinginan daging dan mencintai dunia: ‘Janganlah kamu mengasihi dunia, dan apa yang ada di dalam dunia.  Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada dalam orang itu.  Sebab semua yang ada di dalam dunia itu adalah keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup.  Dan dunia akan lenyap dengan keinginannya; tetapi yang melakukan kehendak Allah, tetap hidup selama-lamanya.’

Lebih baik, saudara-saudara terkasih, kita siap menerima segala sesuatu yang dikehendaki Tuhan dengan hati tak terbagi, iman yang teguh dan kekuatan yang tegar.  Marilah kita membuang semua ketakutan akan maut, dan memusatkan pikiran pada kehidupan sesudah kematian.  Marilah kita menunjukkan bahwa inilah yang kita imani.

Saudara-saudara terkasih, kita harus berpikir dan menimbang-nimbang berulang kali, bagaimana kita sudah mengingkari dunia namun sementara ini kita masih hidup di sini sebagai pendatang dan orang asing.  Marilah kita menyongsong hari, yang akan memberikan kediaman terakhir kepada setiap orang, merenggut kita dari dunia, melepaskan kita dari belenggu yang mengikat kita pada jaman ini, dan mengembalikan kita kepada firdaus dan kerajaan Allah.

Siapakah yang hidup di negara asing yang tidak mau bergegas pulang ke rumah sendiri?  Firdauslah rumah kita!  Suatu kerumunan besar menunggu kita di sana: orang-orang yang kita sayangi, orang tua, sanak saudara, anak-anak kita.  Orang banyak itu merindukan kita, mereka yang sudah bebas dari kekhawatiran akan keselamatan sendiri, dan masih memikirkan keselamatan kita.  Alangkah besar kegembiraan mereka, saat kita dapat berpandang-pandangan, dan saling berpelukan!  Alangkah senangnya dalam kerajaan surga, tanpa ada lagi rasa takut akan kematian, menikmati kehidupan kekal dalam kebahagiaan tertinggi.

Di sana himpunan para rasul yang mulia, dan persekutuan para nabi bersukacita.  Ada rombongan para martir yang tak terbilang banyaknya, dimahkotai karena kemenangan yang mulia dalam penderitaan dan perjuangan mereka.  Di sana dalam perarakan semarak nampak para perawan, yang menundukkan keinginan daging dengan kekuatan kemurnian.  Ada mereka yang berbuat amal, yang telah menerima upahnya, yang melakukan karya kebajikan dengan memberikan makanan dan derma kepada kaum miskin; yang patuh kepada hukum Tuhan dan memindahkan apa yang mereka peroleh di dunia kepada perbendaharaan di surga.

Saudara-saudara terkasih, marilah kita bergegas maju untuk menyongsong semua ini dengan kerinduan besar.  Biarlah Tuhan melihat pemikiran ini dalam diri kita, biarlah Kristus menemukan dalam diri kita arah tujuan budi dan iman kita; Kristus yang akan memberikan upah lebih besar kepada kita, apabila kita lebih mesra mendambakan-Nya.