2 Desember 2022

PEKAN I ADVEN – JUMAT


Allah mencari manusia
 Pembacaan dari Khotbah Pertama St. Bernardus tentang Masa Adven

 

Saudara-saudara terkasih, sekarang anda sekalian telah mengenal siapa yang datang.  Kini anda sekalian telah mengerti dari mana Ia datang dan ke mana Ia pergi.  Dari hati Allah Bapa Ia datang ke dalam hati seorang Bunda Perawan.  Dari langit tertinggi Ia turun ke bagian bumi yang paling rendah: jika kita mengerti siapa sebenarnya Dia yang datang, nampaklah segera kebesaran-Nya, keagungan-Nya yang tak terperikan. Jika kita menengadahkan pandangan ke arah mana Dia datang, terbukalah di hadapan kita suatu jalan besar, seperti kesaksian Nabi berkata: “Lihat, kekuatan Tuhan datang dari jauh.”

Lagipula jika kita berpikir dari mana Tuhan datang, nampaklah segera betapa tak terperikan dan tak terbayangkan bagaimana Dia merendahkan diri Nya.  Siapakah yang bisa meragukan betapa agungnya Dia sehingga berkenan turun dari tempat yang begitu tinggi ke tempat yang demikian papa, jika bukan karena alasan yang besar?  Pasti alasannya sangat besar karena besarlah belas kasih-Nya, besarlah bela rasa-Nya, berlimpah ruah cinta kasih-Nya.  Dan dengan tujuan manakah kedatangan-Nya itu?  Kita tidak perlu bersusah payah mencari jawabannya sebab Kristus sendiri telah mengatakan dengan jelas baik dengan perkataan maupun perbuatan, untuk apa Ia datang.  Ia menuruni gunung-gunung dengan penuh cinta kasih, Ia datang untuk mencari anak domba ke seratus yang hilang.

Dia datang kepada kita agar belas kasih-Nya dan segala karya agung-Nya bagi umat manusia lebih menyatakan pujian bagi Allah semata-mata.  Oh betapa menakjubkan kerendahan hati Allah yang mencari ciptaan-Nya.  Oh betapa agung martabat manusia sehingga layak dicari Allah.  Dan apabila manusia mau memegahkan diri karena alasan tersebut, tidak bisa dikatakan salah.  Bukan karena manusia itu sendiri yang berarti, tapi karena Sang Penciptanya- lah yang membuatnya menjadi segala-galanya.  Padahal semua kekayaan, semua kemuliaan dunia, segala yang bisa diinginkan, benar-benar kecil; malahan tidak dapat dibandingkan sama sekali dengan kemuliaan Allah.

Ya Tuhan, apakah manusia itu sehingga Engkau sedemikian menghormatinya, dan memalingkan hati-Mu kepada-Nya?   Tetapi aku ingin tahu mengapa Allah datang kepada kita, dan bukannya kita yang datang kepada-Nya?  Sesungguhnya kitalah yang membutuhkan Dia, dan selain itu bukanlah suatu kebiasaan bahwa orang kaya mendatangi fakir miskin meskipun mereka ingin memberikan sesuatu kepadanya.  Tetapi ada suatu halangan ganda: mata kita sudah rabun dan Dia tinggal dalam cahaya yang menyilaukan, kita ini lumpuh dan tidak sanggup untuk mencapai ketinggian Ilahi-Nya.  Waktu itulah dengan penuh kebaikan Sang Penyelamat dan tabib jiwa kita turun dari Surga.  Ia mengurangi kilau kegemerlapan-Nya yang luar biasa demi melindungi mata kita yang sakit.  Dia membalut Diri-Nya dengan selubung Tubuh-Nya yang mulia dan murni tanpa noda setitik pun, sebagai awan tipis yang bercahaya.  Seperti yang diramalkan nabi Yesaya, lewat awan itulah Ia harus naik, untuk turun ke Mesir.