11 Desember 2022

MINGGU ADVEN III


Dengan pelita yang menyala kita menantikan Tuhan
Pembacaan dari Khotbah ke-3 St. Bernardus, pada malam kelahiran Tuhan

 

Di dalam hidup ini kita diterpa oleh tiga macam jenis angin yang sangat jahat dan sangat kuat, yaitu daging, setan dan dunia.  Ketiga-tiganya berusaha untuk memadamkan kesadaran yang telah diterangi, dengan menghembuskan ke dalam hati kita keinginan-keinginan buruk dan gerakan-gerakan batin yang haram, yang secara mendadak menggelisahkan dan membingungkan kita.  Tak seorang pun pernah lolos dari jenis angin yang ketiga ini, sedangkan kedua jenis lainnya kadang-kadang berhenti bertiup.  Oleh sebab itu perlu melindungi jiwa yang telah diterangi itu agar tidak padam.

Janganlah menyerah kalah ataupun mundur meskipun godaan-godaan hebat itu mencobai manusia dengan kuat, baik secara lahiriah maupun batiniah.  Kita perlu meyakinkan diri dengan mengatakan bersama orang kudus: “Jiwaku selalu dalam tanganku.”  Sekali pinggangmu terikat dan pelitamu menyala haruslah kamu berjaga di malam hari, berjaga atas pikiran-pikiran dan tindakan-tindakanmu, sehingga Allah menemukan dirimu dalam keadaan siap, baik pada waktu berjaga yang pertama, kedua ataupun yang ketiga.

Waktu berjaga yang pertama adalah kejujuran dalam tingkah-laku, yaitu bila kamu berusaha agar seluruh hidupmu selaras dengan peraturan yang kau ikrarkan dan bila engkau tidak melanggar batas-batas yang telah ditentukan oleh para bapa kita, dalam segala segi dari perjalanan dan hakekat dari bentuk kehidupan ini.

Waktu berjaga yang kedua adalah kemurnian motivasi, agar mata yang sederhana dapat menjadikan seluruh tubuh bersinar.  Dengan demikian sesuatu yang kaulakukan, engkau lakukan bagi Tuhan, agar segala rahmat, kembali kepada sumbernya dan supaya dapat dialirkan kembali.

Waktu berjaga yang ketiga adalah memelihara kesatuan sedemikian rupa, sehingga dalam komunitas, kamu lebih mengutamakan kehendak orang lain daripada kehendakmu sendiri.  Agar kamu tinggal di antara para saudara bukan hanya tanpa menyebabkan keluhan, tetapi juga dengan rasa syukur menanggung segalanya dan berdoa bagi sesama.  Dengan demikian pada hari kedatangan-Nya ini, kedatangan Putra Tunggal Bapa menyalakan dalam diri kita pengetahuan sejati, yang mengajarkan kepada kita mengapa Tuhan datang.  Pengetahuan yang hendaknya merupakan dasar kokoh dan abadi bagi tata kehidupan kita.

Saudara-saudara, marilah meneguhkan iman kita agar bila kita tak dapat melihat hal-hal istimewa yang masih tersembunyi bagi kita, kita dapat setidak-tidaknya mengkontemplasikan sedikit hal-hal istimewa yang telah terjadi di bumi oleh karena kita.  Dengan mengenakan tubuh kita yang fana, Tuhan yang agung dan Mahakuasa itu telah menyempurnakan tiga persatuan yang menakjubkan yang belum pernah terjadi, dan tak pernah akan terjadi lagi hal serupa itu di dunia ini.  Telah terjalin persatuan antara Allah dan manusia, antara seorang Bunda dan seorang Perawan, antara iman dan hati manusia.