18 Desember 2022

Novena Natal – Hari ke-2


Maria dipertunangkan dengan Santo Yosef
Pembacaan dari Khotbah St. Bernardus tentang Adven

 

Dalam Mateus 1:19 tertulis: “Yosef, suaminya, seorang yang tulus hati, dan tidak mau mencemarkan nama istrinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam”.  Sungguh karena dia tulus hati, maka dia tidak mau mencemarkannya di muka umum; karena sebagaimana dia tidak tulus hati seandainya dia membenarkan seseorang yang bersalah, demikian pula dia tidak tulus hati kalau dia menghukum seseorang yang telah dia buktikan tak bersalah.  Tetapi kalau dia tulus hati dan tidak mau mencemarkannya, mengapa dia mempunyai pikiran untuk menyingkirkannya?

Bukan pendapat saya sendiri yang akan saya berikan kepadamu mengenai hal ini, melainkan pendapat Para Bapa.  Alasan Yosef sama dengan alasan Petrus ketika dia berkata, “Pergilah daripadaku, Tuhan, karena aku orang berdosa,” dan juga sama dengan alasan si perwira ketika dia berseru, “Saya tak pantas menerimamu di rumahku”.  Yosef memandang dirinya sebagai seorang pendosa dan tak pantas menjamu seorang yang dia anggap sebagai manusia yang bermartabat luhur.  Dia kagum bahwa di dalam Bunda Perawan ada suatu tanda kehadiran ilahi, dan karena dia tidak dapat menerobos misteri, dia ingin menyingkirkannya.

Petrus terpesona pada kekuasaan Kristus yang begitu besar; si perwira terpesona oleh keagungan kehadiranNya; dan Yosef secara alami takut pada sesuatu yang sama sekali baru, pada semarak keajaiban dan pada kedalaman misteri.  Sebetulnya kita tak perlu bertanya-tanya mengapa dia menganggap dirinya tak pantas bagi kehadiran perawan yang sedemikian kalau kita mendengar Elisabet yang kudus berseru dengan gentar dan takut: “Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku melawati aku?”

Tetapi sebaliknya jika ada seorang yang percaya bahwa Yosef mencurigai Maria, keraguannya ini memang perlu dan layak diusir oleh intervensi ilahi, karena tertulis: “Tetapi sementara dia menimbang-nimbang hal ini” (yaitu menyingkirkannya secara diam-diam); lihatlah, seorang malaikat Allah muncul dalam tidurnya, sambil mengatakan: “Yosef, anak Daud, jangan takut mengambil Maria sebagai istrimu, karena yang dikandung dalam rahimnya berasal dari Roh Kudus” (Mat 1:20).

Apa yang harus kita pikirkan tentang keagungan jiwa Yosef, yang pantas disebut dan dianggap sebagai bapa Penyelamat kita?  Kita boleh menarik suatu paralel diantara dia dan Bapa-leluhur yang agung.  Seperti Yosef yang pertama dijual dan dibawa ke Mesir oleh karena iri hati saudara-saudaranya, Yosef yang kedua lari ke Mesir bersama Kristus untuk meluputkan diri dari iri hati Herodes.  Bapa leluhur yang murni tetap setia kepada tuannya, menolak saran-saran jahat istri tuannya.  Santo Yosef, dengan mengakui istrinya sebagai Bunda Perawan Tuhannya, memeliharanya dengan penuh kemurnian dan kesetiaan.  Kepada Yosef yang lama diberikan petunjuk-petunjuk untuk menafsirkan mimpi-mimpi, kepada Yosef yang baru diberikan suatu bagian dalam rahasia-rahasia surgawi.  Pendahulunya menyimpan gandum bukan untuk dirinya sendiri, tetapi untuk seluruh bangsa; Yosef kita menerima Roti Hidup dari surga agar dia boleh memeliharanya untuk keselamatannya sendiri dan untuk seluruh dunia.

Maria Bunda Penyelamat dipertunangkan dengan Yosef, seorang hamba yang baik dan setia: hamba yang setia dan bijaksana yang dipilih Tuhan untuk perlindungan bunda-Nya dan pengasuh pada masa kanak-kanak-Nya, demikian pula sebagai rekan kerja yang sangat dipercaya dalam rencana ilahi.