26 Desember 2022

Pesta St. Stefanus


Penuh rahmat dan kuasa
Pembacaan dari Khotbah St. Aelredus, Abas
pada Pesta St. Stefanus, Martir Pertama

 

Sementara kita masih kagum dan perhatian kita masih terserap oleh kekaguman kelahiran Tuhan, “Stefanus mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak” (Kis 6:8).  Apakah ada sesuatu yang tak pantas, bila sejenak kita memalingkan pandangan kita dari Sang Raja untuk memandang prajurit-Nya?  Kiranya tidak.  Karena Raja sendirilah yang mengundang kita; Raja sendirilah yang bangun untuk menyaksikan dengan sedih hati perjuangan Si-pemenang.

Marilah kita berlari dan menyaksikan peristiwa ajaib ini dan untuk melihat dengan senjata apakah Stefanus  menghadapi perjuangan itu!  Supaya kita dapat mengerti dengan lebih baik keagungan martir ini, marilah kita membaca sekali lagi teks dari Kisah Para Rasul: “Stefanus, yang penuh dengan karunia dan kuasa, mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak.”  Kata-kata ini mengandung suatu misteri yang besar.  Malaikat yang diutus kepada Perawan Maria, memberi salam kepada-Nya dengan kata-kata yang baru, yang berasal dari Roh Kudus sendiri.  Dalam kata-kata itu terkandung satu-satunya Sakramen yaitu kesatuan Sang Sabda dengan manusia; kesatuan Keilahian dengan daging.

Kata Malaikat Gabriel: “Salam, hai engkau yang penuh karunia!”  Stefanus pun disebut: “Penuh dengan karunia”.  Kita melihat bahwa Lukas memakai kata-kata yang sama: karunia itu dipuji juga dalam martir ini.  Meskipun dalam Perawan Maria karunia itu jauh lebih tinggi.  Jadi, Stefanus yang mengenakan rahmat dan dilindungi oleh kekuatan ilahi “mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak.”  Kitab Suci menambahkan: “Tetapi tampillah beberapa orang dari jemaat Yahudi” (Kis 6:9).  Stefanus berbicara dengan bebas dan menjelaskan kepada mereka sabda kebenaran dengan memakai Kitab Suci mereka.  Roh Allah sendiri yang menggunakan martir ini dan berbicara dengan menggunakan suaranya. “Selama Stefanus di tengah-tengah mereka mukanya sama seperti muka seorang malaikat” (Kis 6:15).  Dia menatap ke langit, tetapi tidak melihat langit.  Dia melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah, agar tidak menimbulkan pikiran bahwa Anak lebih rendah dari Bapa.

Kristus berdiri bersama Allah yang berdiri dan berjuang bersama Stefanus.  Karena itu Kristus pun dilempari bersama-sama dengan Stefanus.  “Sedang mereka melemparinya, Stefanus berdoa katanya: Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku!”  Memang pantas bahwa dia mendapat tempat pertama di antara semua martir karena Stefanus mirip dengan Tuhan di salib secara mengagumkan.  “Dia berseru dengan suara nyaring: Tuhan janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!”  Nyaringlah seruannya, karena besar cintanya!  “Dan dengan perkataan itu ia wafat.”  Dia tertidur dalam Tuhan.  Tidur bahagia dalam istirahat, istirahat dalam kebahagiaan, kebahagiaan dalam kepuasan, kepuasan dalam damai, damai tanpa akhir.  Dia tertidur dalam Tuhan, diserap dalam cahaya gemilang dan beristirahat dalam tangan Tuhan.