4 Januari 2023

Hari Biasa Masa Natal


Kita menantikan Cahaya Sejati
Pembacaan dari khotbah III St. Bernardus, Abas, pada malam kelahiran Tuhan

 

Putra tunggal Bapa, Sang Surya keadilan, bersinar dan membawa terang-Nya ke segala penjuru dunia ini, bagaikan lilin yang bernyala dengan terang dan indah, agar barangsiapa ingin diterangi oleh-Nya dapat mendekat pada-Nya dan menyatukan diri dengan Dia sampai tidak ada pemisah apa pun antara mereka dengan Dia.  Memang, dosa-dosa kitalah yang memisahkan kita dari Allah.  Tetapi bila dosa-dosa itu dihapuskan, kita disatukan kembali dengan-Nya untuk diterangi oleh cahaya sejati dan hampir menjadi satu dengannya.  Sama seperti pelita padam didekatkan dengan pelita yang sudah menyala untuk dinyalakan dan kemudian nyalanya menjadi satu, tanpa pemisahan di antara mereka.  Dengan demikian, dari contoh hal-hal yang kelihatan, kita mengenal juga hal-hal yang tersembunyi.

Marilah kitapun menyalakan untuk kita cahaya pengetahuan dari bintang itu yang begitu agung dan terang, menurut kata-kata nabi, sebelum kita keluar dari kegelapan dunia ini, agar kita tidak sampai berpindah dari kegelapan ini, kepada kegelapan yang lain: yaitu kegelapan abadi.  Pengetahuan apakah ini?  Pastilah pengetahuan bahwa Tuhan akan datang, meskipun kita tidak dapat mengetahui kapan itu akan terjadi.

Pengetahuan ini pertama-tama membangkitkan penyesalan laku-tapa, yaitu derita yang mengubah gelak-tawa menjadi tangis, nyanyian menjadi keluhan, kegembiraan menjadi penderitaan; dan semua yang semula sangat kita senangi mulai tidak disukai lagi, dan kita merasa jijik terhadap semua yang semula sangat kita inginkan.  Sebagaimana tertulis: bahwa dia yang menambah pengetahuan, menambah pula penderitaan, agar penderitaan itu menjadi bukti akan pengetahuan yang kudus dan sejati.

Pengetahuan ini juga membangkitkan semangat pertobatan, agar engkau tidak lagi menyerahkan anggota tubuhmu bagi dosa sebagai senjata ketidak-adilan, melainkan engkau menahan kerakusan, memadamkan nafsu, merendahkan diri, dan mengabdikan tubuhmu kepada kesucian, yang semula diabdikan kepada ketidak adilan.  Sesungguhnya laku-tapa tanpa pertobatan tidak berguna, seperti dikatakan orang bijaksana: “Seseorang membangun, yang lain membongkar, keuntungan apakah yang diperoleh selain kesusahan?”

Lalu pengetahuan ini membangkitkan afeksi, agar manusia mulai berjalan bersama Allah-Nya dengan penuh cinta.  Dalam hal yang paling kecil pun, bahkan dalam soal-soal yang sangat kurang penting sekalipun, ia berusaha untuk tidak menyinggung pandangan yang agung itu.  Dengan laku-tapa manusia dinyalakan, dengan pertobatan ia berkobar, dengan afeksi ia bercahaya agar diperbaharui, baik secara lahiriah maupun batiniah.