Gedono
14 Januari 2023

Peringatan Santa Perawan Maria


Kepengantaraan Maria sebagai Bunda
Pembacaan dari Ensiklik “Redemptoris Mater” oleh Santo Yohanes Paulus II, Paus

 

“Peran Maria sebagai ibu terhadap umat-Nya sekalipun tidak memudarkan atau mengurangi kepengantaraan kristus yang khusus, namun justru memperlihatkan kuasanya”, yaitu menjadi perantara dalam Kristus.

Gereja mengetahui dan mengajarkan bahwa “semua pengaruh Perawan yang Terberkati dalam tata penyelamatan atas umat manusia… itu berasal dari suka hati Allah.  Mereka mengalir dari kepenuhan jasa-jasa Kristus, bertumpu pada kepengantaran-Nya, tergantung sama sekali dari pada-Nya, dan mendapatkan kuasa itu dari pada-Nya.  Mereka sama sekali tidak menghalangi persatuan langsung umat beriman dengan Kristus.  Mereka justru malahan memelihara persatuan ini.”  Pengaruh penyelamatan tersebut didukung oleh Roh Kudus, yang seperti ketika menaungi Perawan Maria ketika memulai dalam dirinya keibuan ilahi, dengan cara yang sama secara terus-menerus mendukung rasa kasih sayang Maria kepada saudara dan saudari Putranya.

Ternyata kepengantaraan Maria erat berkaitan dengan keibuannya.  Hal itu memiliki sifat khas keibuan, yang membedakannya dari kepengantaraan semua makhluk lain yang dalam berbagai cara selalu ikut ambil bagian dalam kepengantaraan Kristus, sekalipun kepengantaraan Maria sendiri juga hanya ikut serta dalam kepengantaraan Kristus.

Nyatanya, sementara benar bahwa “tidak ada seorang makhluk manapun dapat disejajarkan dengan Sang Sabda Yang menjelma menjadi Manusia dan Penebus”, saat itu juga “kepengantaraan kasus Penebus tidak menutup tetapi malahan membangkitkan di antara para makhluk kerjasama ganda dan ikut serta dalam sumber khusus tersebut.”  Karena itu “kebaikan Allah dalam realitasnya diberitahukan dengan bermacam cara kepada makhluk-makhluk-Nya.”

Ajaran Konsili Vatikan II menyajikan kebenaran akan kepengantaraan maria sebagai “keikutsertaan dalam sumber satu-satunya yaitu kepengantaraan Kristus sendiri.”  Karena itu kita membaca: “Gereja tidak ragu-ragu mengakui peran serta Maria.  Dia mengalaminya terus-menerus dan menganjurkannya kepada hati kaum beriman, sehingga dengan merasa dikaitkan oleh pertolongan bunda, mereka kiranya dapat lebih dekat kepada Sang perantara dan Penebus.”  Peran tersebut sekaligus bersifat khusus dan luar biasa.  Hal itu mengalir dari pribadi Maria sebagai Bunda Allah dan dapat dipahami serta dihayati dalam iman hanya berdasarkan pada kebenaran utuh keibuannya.  karena, berkat pemilihan Allah, Maria merupakan Bunda duniawi Sang Putra yang sehakikat dengan Bapa, serta karena Maria adalah “rekan Sang Putra” dalam karya penebusan, maka “dia adalah ibu kita dalam kurnia.”  Peran tersebut menentukan dimensi sebenarnya kehadiran Maria dalam misteri penyelamatan Kristus dan Gereja.