1 Februari 2023

PEKAN BIASA IV – RABU


Ketajaman budi datang dari kepekaan hati
 Pembacaan dari uraian Diadokhus dari Photike tentang Kesempurnaan

 

Terang pengetahuan sejati memungkinkan kita untuk membedakan tanpa salah yang baik dari yang jahat.  Maka jalan keadilan yang membimbing menuju Surya Kebenaran membawa budi kepada terang pengetahuan yang tanpa batas, sebab roh itu tidak pernah akan gagal dalam mencari kasih Allah dengan ketetapan hati.  Memang kita harus selalu menjaga ketenangan pikiran, juga di tengah perjuangan kita.  Dengan demikian kita mampu membedakan buah-buah pikiran berbeda yang muncul: yang baik, yang datang dari Tuhan akan kita simpan di dalam ingatan, sedang yang jahat, yang diinspirasikan oleh setan akan kita tolak.

Suatu perbandingan dengan keadaan di laut mungkin bisa membantu kita untuk mengerti.  Jikalau laut tenang, para nelayan dapat melihat langsung segala gerak-gerik di kedalamannya; hampir tidak ada ikan yang mengikuti arus laut, lepas dari pandangan mereka.  Tetapi bila diombang-ambingkan oleh angin atau badai, laut menjadi kacau dan keruh.  Apa yang terlihat jelas dari permukaan di kedalaman laut itu waktu tenang dan jernih, kini tersembunyi di dalam gelombang yang menakutkan.  Lalu  kita menyaksikan, bahwa segala usaha dengan keahlian para nelayan dalam mencari ikan, tidak membawa hasil.

Hanya Roh Kudus saja yang berkuasa memurnikan budi kita.  Sebab jikalau orang kuat tidak datang untuk melucuti si pencuri dari rampasannya, tidak mungkin barang-barang curian dapat direbut kembali.  Maka dengan segala usaha, terutama dengan ketenangan jiwa, hendaknya kita menyediakan tempat persemayaman bagi Roh Kudus, agar kita tetap memiliki pelita pengetahuan yang selalu bersinar di dalam diri kita.  Apabila terang itu bersinar terus-menerus di dalam relung-relung jiwa yang terdalam, maka semua sarana, liku-liku setan yang kejam dan kelam akan diketahui.  Di samping itu setan-setan sendiri akan sangat dilemahkan, karena gentar oleh terang yang suci dan mulia.

Maka dari itu Rasul Paulus berkata kepada kita: ‘Janganlah memadamkan Roh.’  Roh Kudus adalah Roh Kebaikan.  Janganlah menyusahkan Dia dengan perbuatanmu yang jahat dan pemikiran yang kotor, agar kamu sendiri jangan kehilangan bantuan terang cahaya-Nya.  Dalam keberadaan-Nya sendiri yang abadi dan memberi hidup, Roh Kudus tidak terpadamkan: namun bila Ia disusahkan, Ia akan berpaling dan meninggalkan kita dalam kegelapan, tanpa terang pengetahuan.  Akal budi dapat mencicipi dan membedakan dengan tepat apa saja yang dihadapkan kepadanya.  Bila kita sehat, dengan indera rasa kita dapat membedakan makanan yang sehat dari yang kurang baik.  Perasaan rohani itu kepekaan lembut yang menentukan barang-barang yang kita pilih.

Sama halnya dengan indera perasa pada tubuh: kalau kita menggunakannya dengan tepat, kita tak akan salah membedakan yang baik dari yang jahat, dan memilih apa yang berguna.  Begitu juga roh kita: apabila ia mulai bergerak kuat dalam ketenangan hati, ia dapat merasakan penghiburan ilahi sepenuh-penuhnya, tanpa disesatkan oleh hal-hal yang berlawanan dengan itu.  Oleh tindakan cinta, roh akan mempertahankan ingatan yang tak terhapuskan akan rasa ini, tanpa salah ia menentukan apa yang terbaik, sesuai dengan kata-kata Santo Paulus, ‘Aku berdoa, agar kasihmu semakin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang paling baik.’