Yesus dipersembahkan di Kanisah

Kristus, Terang Dunia, masuk ke dalam Kanisah, digendong oleh Bunda Maria dan Bapa Yosef.  Inilah upacara publik pertama dalam hidup-Nya sebagai manusia biasa, yang menaati semua peraturan adat dan agama.

Maria adalah Imam, yang mempersembahkan Anaknya kepada Bapa, dengan kesadaran penuh bahwa Anaknya itu adalah Anak Allah, yang memiliki misi khusus penuh misteri, serta dengan rasa kagum dan syukur bahwa Anak itu dipercayakan kepadanya.

Simeon yang tua itu, yang mungkin sedikit buta, ketika melihat Kanak-Kanak Yesus mengetahui itulah Anak yang dinanti-nantikan.  Bagaimana ia bisa tahu?  Matanya menatap mata Yesus.  Roh melihat Roh.  Terjadi suatu pertukaran pandangan yang sangat dalam, penuh kegembiraan dan kasih.  Kita bisa membayangkan bahwa Kanak-kanak Yesus hampir mau meloncat ke dalam pelukan Simeon karena di dalam Simeon, Dia menemukan Roh Bapa-Nya.  Hati Simeon pun melonjak penuh haru, karena di dalam Yesus, dia melihat keserupaan dengan Bapa, Mesias yang dijanjikan.

Hana juga bisa melihat Roh di dalam Yesus.  Matanya sudah tua, tetapi mata hatinya jernih, karena puluhan tahun, dia bertapa di Rumah Allah dalam doa dan puasa, dengan kerinduan akan kedatangan-Nya.

Di dalam pertapaan, pada hari ini kami berarak membawa lilin bernyala, menyongsong Kristus yang masuk ke dalam Kanisah.  Terang lilin melambangkan terang iman, anugerah Gereja kepada kita agar kita dapat mempunyai pandangan mata yang tajam –seperti Simeon dan Hana– untuk melihat kehadiran Roh Yesus dalam setiap anak Allah yang ada di sekitar kita dan untuk bersyukur sebab keselamatan Allah ada di tengah-tengah kita.

 

Marilah kita mohon anugerah iman yang semakin dalam agar mata hati kita menjadi jernih dan mampu melihat kehadiran Allah di antara kita.