Manusia diciptakan dengan martabat luhur seturut gambar dan keserupaan Allah, diberi kehendak, akal budi dan kebebasan untuk mampu memilih dan membedakan apa yang benar dan yang baik dari yang jahat (Kej 1:27). Namun si setan, yang asalnya adalah malaikat yang jatuh, yang karena kesombongannya ingin menyamai Allah, tidak ingin manusia dalam keadaan bahagia. Setan adalah “pendosa dari mulanya” (1Yoh 3:8), “bapa segala dusta” (Yoh 8:44). Dari semua perbuatan setan yang paling banyak membawa malapetaka adalah godaan yang penuh tipu muslihat, yang telah menyebabkan manusia bersekutu dengannya dan tidak mematuhi Tuhan lagi (KGK 394). Namun Allah menyatakan dalam Kristus kemenangan-Nya yang pasti terhadap kejahatan.
Kita sekali lagi diundang untuk merenungkan dalam kesadaran baru peristiwa penyelamatan: pertama-tama mengenal lebih dalam tentang keagungan Pencipta kita, Allah adalah Kasih, dan martabat manusia ciptaan-Nya serta kejatuhannya dalam dosa. Maka kita akan mampu melihat kejahatan-kejahatan yang tersembunyi dalam hati dan dalam dunia.
Dosa adalah pelanggaran terhadap akal budi, kebenaran, dan hati nurani yang baik; dosa adalah penghinaan terhadap Allah oleh ketidaktaatan kepada cinta-Nya, dengan beralih kepada ketergantungan yang tidak normal pada barang-barang tertentu. Dengan demikian, dosa melukai kodrat manusia dan solidaritas manusiawi. Kristus dalam penderitaan-Nya menyingkap secara penuh beratnya dosa dan Ia mengalahkannya dengan kerahiman-Nya (KGK 1849).
Pertanyaan yang sering kita dengar adalah: kalau Allah adalah Kasih, mengapa ada penderitaan, kejahatan, sepertinya Allah membiarkan manusia ditimpa kesengsaraan? Kita perlu mengingat kembali keadaan manusia awal. Sebelum jatuh dalam dosa, manusia berada dalam harmoni dengan alam, binatang, bahkan mempunyai tugas memelihara, mengolahnya dan terutama memuji Allah.
Karena dosa dan akibat-akibat dosa, kebiasaan-kebiasaan buruk yang terus terulang menggelapkan hati nurani. Kebencian, balas dendam semakin meluaskan penyebaran misteri kejahatan ini, maka rusaklah tatanan semesta, dan manusia itu sendiri, menjadi sumber malapetaka.
Melalui sengsara Kristus, Kasih yang menyerahkan Diri di salib sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah, darah-Nya telah menjadi alat pemulih bagi dosa semua manusia. Pembenaran diberi kepada kita melalui Pembaptisan, Sakramen iman Kristus (Yohanes Paulus II: Redemptor Hominis)
Apa yang perlu dibuat, di hadapan misteri kejahatan yang masih terus marak dan berlangsung ini? Marilah kita memakai Kebebasan secara benar dan bertanggung jawab: bebas untuk mengalahkan kejahatan dengan kebaikan; saling menaruh belas kasihan, saling mengampuni untuk menghasilkan buah-buah yang baik, yaitu: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Hidup dalam persaudaraan sejati dan universal seperti yang diajarkan Yesus, ”dialah saudara dan ibuku, jikalau ia melakukan kehendak Bapa-Ku.”