19 Februari 2023

MINGGU BIASA VII


Tanpa cinta, semuanya sia-sia belaka!
Pembacaan dari Empat Abad Cinta karangan St. Maksimus, Confessor

 

Cinta itu sikap hati yang baik!  Atas dasar cinta itulah orang tidak mengutamakan suatu mahkluk apapun melebihi pengenalan akan Allah.  Tidak mungkin orang tetap memiliki cinta itu, kalau ia melekat pada hal-hal duniawi.  Orang yang mencintai Allah mengutamakan pengenalan akan Dia melebihi semua yang diciptakan oleh-Nya.  Dengan dambaan yang tak henti-hentinya ia membaktikan diri untuk itu.

Segala sesuatu diciptakan oleh Allah dan untuk Allah, maka Allah lebih luhur daripada segala sesuatu yang diciptakan oleh-Nya.  Barangsiapa meninggalkan Allah, yang lebih mulia dan tidak ada bandingannya, dan menyerahkan diri kepada hal-hal yang lebih rendah, ia lebih mengutamakan barang yang diciptakan oleh-Nya daripada Allah sendiri.

“Barangsiapa mencintai Aku,” sabda Tuhan, “akan menuruti perintah-perintah-Ku; dan inilah perintah-Ku, yakni bahwa kamu harus saling mengasihi.”  Jadi, orang yang tidak mengasihi sesamanya, tidak menuruti perintah; dan orang yang tidak menuruti perintah, tidak dapat mencintai Allah.  Berbahagialah orang yang dapat mencintai semua orang tanpa membeda-bedakan!

Orang yang mencintai Tuhan, tentu juga mencintai sesamanya.  Orang semacam itu tidak dapat menimbun uang bagi dirinya sendiri.  Seperti Tuhan, ia akan membagi-bagi dan memberikannya kepada setiap orang menurut kebutuhan mereka.  Orang yang mengikuti jejak Tuhan dalam bermurah hati, tidak membeda-bedakan ini orang buruk, itu orang baik, ini orang benar, itu orang fasik!  Yang menjadi kriteri pembedaannya adalah kebutuhan orang lain.  Tanpa membeda-bedakan, ia membagikan kepada semua menurut kebutuhan mereka, meskipun –sesuai dengan kehendak baiknya,– ia mengutamakan orang yang mengusahakan kebajikan daripada yang rusak moralnya.

Akan tetapi tidak hanya dengan membagikan uang maksud baik itu dinyatakan!  Tidak!  Lebih-lebih dengan membagikan Sabda Tuhan dan pelayanan jasmani kepada orang lain.  Orang yang secara jujur meninggalkan semua urusan duniawi, dan tanpa pamrih melayani sesama demi cinta kasih, cepat menjadi bebas dari segala nafsu!  Ia diikutsertakan dalam cinta dan pengetahuan ilahi.  Orang yang sudah memiliki cinta ilahi, tidak mengalami keletihan dalam mengikuti Allah Tuhannya.  Seperti dikatakan Yeremia, dengan teguh ia menanggung setiap penderitaan, cercaan dan hinaan, tanpa berpikir jahat tentang siapa pun.

Yeremia memperingatkan kita untuk tidak berkata: ‘Kami adalah kanisah Allah. Jangan juga berkata, “Percaya akan Tuhan Yesus Kristus saja akan menyelamatkan saya.”  Sebab iman saja tidak akan menghasilkan apa-apa, apabila kamu tidak juga memiliki cinta kepada Tuhan dengan melakukan perbuatan baik.  Sebab, “Setan pun percaya dan menjadi gentar”.

Karya cinta kasih itu adalah melakukan yang baik kepada sesama dengan maksud baik, dengan semangat bertahan dan kesabaran dalam penderitaan yang berkepanjangan.  Ini juga berarti dapat menggunakan barang-barang sekedar menurut kebutuhannya.