Harapan

Pada awal mula, Allah menciptakan langit dan bumi, dan segala isinya.  Manusia merupakan puncak ciptaan yang kelihatan, yang sungguh amat baik, karena ia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.  Allah memberkati manusia dan memberinya tugas untuk memelihara seluruh ciptaan.  Manusia hidup bahagia dalam harmoni indah, dalam ketaatan kepada Allah dan dalam kebebasan sebagai anak-anak Allah.  Manusia bergembira dalam keadaannya.  Keberadaannya adalah untuk mengabdi dan memuji Allah.

Namun, kejatuhan Adam dalam dosa, karena ikut bujukan iblis dan tidak menaati Allah, mengakibatkan manusia kehilangan rahmat asali kekudusan dan keadilan, sehingga mengacaukan semua anugerah keindahan dan harmoni.  Hubungan dengan Allah putus, manusia kehilangan kebebasan aslinya: menjadi kacau, takut, cemas, dan tidak pasti.  Dunia di sekelilingnya tidak lagi berada sebagai dukungan bagi hidupnya.  Jiwa terbenam dalam keadaan demikian dan tanpa kepuasan dan damai.  Demikianlah keadaan manusia akibat dosa.

Adakah pengharapan dalam keadaan seperti ini?  Bagaimana manusia diselamatkan dari kekacauan ini?

Syukur ada Yesus Kristus: Allah Putra yang menjelma, yang datang untuk menebus dosa dan menyelamatkan umat manusia.  Dialah Jalan, Kebenaran dan Hidup.  Oleh Dialah kita memperoleh keselamatan, dalam Dia kita telah diperdamaikan dengan Allah, dan dalam Roh-Nya kita djadikan anak-anak Allah.  Di dalam Dialah terletak harapan kita yang sejati.  Kristus telah membuka kembali pintu surga yang tertutup karena dosa Adam.  Dialah jembatan yang menghubungkan kembali manusia dengan Allah.

Maka memiliki harapan berarti hidup dalam kepercayaan pada Kristus; mengikuti-Nya, melakukan perintah-perintah-Nya hari demi hari agar kita dilahirkan kembali kepada keindahan dan kebebasan semula sebagai orang-orang yang dikasihi Allah.