21 Februari 2023

PEKAN BIASA VII – SELASA


Ada waktu lahir, ada waktu mati
Pembacaan dari Homili St. Gregorius dari Nyssa tentang Kitab Pengkhotbah

 

“Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk mati,” kata si Pengkhotbah.  Dia telah meletakkan dengan baik di awal kata-katanya dua kebutuhan yang terkait ini: kematian–kelahiran.  Sebab kematian tak terelakkan, akan mengikuti kelahiran, dan setiap kelahiran mengarah kepada peleburan kematian.

“Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk mati” katanya.  O semoga aku diberi karunia lahir pada waktunya dan mati pada saat yang tepat!  Tidak ada orang dapat berkata bahwa si Pengkhotbah menunjuk pada kelahiran yang tak disengaja atau kematian yang datang dengan sendirinya, seakan-akan di situ ada perbuatan baik sebagai keutamaan.  Sebab kelahiran tidak terjadi karena kemauan seorang wanita!  Kematian pun tidak berada dalam jangkauan kebebasan kehendak orang yang mati.  Tidak seorang pun dapat menyebutnya suatu keutamaan atau kejahatan, apa yang tidak berada dalam kekuasaan kita sendiri.  Maka kita harus memikirkan apa arti kelahiran pada waktunya, dan kematian pada saat yang tepat.  Aku  berpendapat, bahwa kelahiran itu terjadi setelah genap waktunya, dan tidak sebelum itu.  Seperti dikatakan Yesaya: Dengan sakit bersalin dalam jiwanya, orang melahirkan keselamatan, setelah mengandungnya dalam rasa takut akan Allah.

Kita ini dalam arti tertentu adalah ibu bagi diri kita sendiri, jika dengan maksud baik dan pilihan bebas kita mengandung dan melahirkan diri kita sendiri, lalu membawanya masuk ke dalam terang.  Hal ini terjadi kalau kita menerima Allah ke dalam  diri kita; kalau kita dijadikan anak-anak Allah, anak-anak kuasa, anak-anak Yang Mahatinggi.  Tetapi sebaliknya dapat terjadi kita menjadi orang yang lahir sebelum waktunya, cacat, dan sakit-sakitan; yakni kalau di dalam diri kita tidak terbentuk “rupa Kristus”, sebagaimana dikatakan Rasul Paulus.  Sebab manusia Allah harus utuh dan sempurna.

Jadi jika sudah jelas, bagaimana kita dilahirkan pada waktunya; juga menjadi jelas apa artinya mati pada saat yang tepat!  Bahkan bagi Santo Paulus: Setiap saat adalah waktu yang tepat untuk kematian yang baik.  Ia mewartakan itu dalam tulisannya sendiri!  Seolah-olah mau mengukuhkannya dengan sumpah, ia berkata, “Setiap hari aku mati, karena kesombonganmu,” dan di lain tempat, “Demi kamu aku mengalami kematian setiap hari.”  Dan kita sendiri membawa hukuman mati di dalam diri kita sendiri.

Memang sangat jelas bagaimana Paulus mati setiap hari: dia yang tidak pernah hidup untuk berdosa, tetapi senantiasa ia mematikan anggota-anggota tubuhnya dan selalu membawa di dalam tubuhnya kematian tubuh Kristus.  Paulus yang selalu disalibkan bersama Kristus, ia yang tidak pernah hidup bagi dirinya sendiri, tetapi membawa Kristus hidup di dalam dirinya.  Itulah menurut anggapanku kematian yang tepat, yang membuahkan hidup  sejati.  Bukankah Tuhan berkata, “Aku akan mematikan dan Aku akan menghidupkan!”  Maksudnya: mati untuk dosa dan dihidupkan untuk roh.  Ini sungguh merupakan karunia Allah.