2 Maret 2023

PEKAN I PRAPASKAH – KAMIS


Hendaklah menjadi gembala seperti Tuhan kita
Pembacaan dari homili St. Asterius dari Amasea

 

Apabila kamu ingin hidup menurut peraturan yang ditentukan oleh Allah, kamu harus mengikuti teladan-Nya, karena menurut citra-Nya kamu diciptakan.  Kamu itu orang Kristen, dan nama itu sendiri berarti, bahwa kamu percaya akan cinta.  Kamu harus meneladan cinta kasih Kristus.  Renungkanlah benar-benar kekayaan cinta Kristus.  Sebelum Ia menampakkan diri sebagai manusia, dalam bentuk manusia, Ia mengutus Yohanes lebih dahulu, bentara pertobatan dan pembangun keutamaan.  Dan bahkan sebelum Yohanes, sudah ada para nabi, semua yang diutus untuk mengajar manusia, agar mengubah hidupnya.

Akhirnya, sesudah beberapa waktu, Kristus datang di dunia dan secara pribadi Ia berseru dengan suara-Nya sendiri, “Datanglah kepada-Ku, kamu sekalian yang letih lesu dan menanggung beban berat, dan Aku akan menyegarkan kamu.”  Perhatikanlah, bagaimana Ia menerima mereka yang mendengarkan suara-Nya.  Dengan segera Ia mengampuni dosa mereka, dan dengan cepat Ia membebaskan mereka dari orang yang mengganggunya: Sabda menyucikan mereka, Roh memeteraikannya, kodrat mereka yang lama dikubur, manusia baru dilahirkan dan menjadi muda kembali karena rahmat.  Apa akibatnya?  Orang yang tadinya musuh, menjadi sahabat; yang tadinya latah dan biasa saja, disucikan dan menjadi kudus.

Hendaklah kita menjadi gembala seperti Tuhan kita.  Kalau kita merenungkan Injil, kita akan belajar seperti dalam cermin, bagaimana menjadi sabar dan baik hati.

Digambarkan dalam Injil dengan pralambang dan kata samar-samar: kutemukan seseorang, yang menggembalakan seratus ekor domba.  Ketika seekor di antaranya meninggalkan kawanan dan tersesat, gembala itu tidak tetap menunggui yang masih merumput dalam kawanan dan tidak tersesat.  Sebaliknya Ia pergi mencari seekor yang hilang itu.  Diikutinya lewat lembah dan jurang tak terbilang; ia mendaki banyak gunung terjal, dengan susah payah mencari di tempat-tempat sunyi, sampai ia menemukannya.  Setelah ia menemukan domba yang hilang itu, ia sama sekali tidak memukulnya atau mengejarnya agar kembali ke kawanannya.  Ia meletakkan domba itu di atas bahunya dan dengan lembut membawanya pulang dan mengembalikannya kepada kawan-kawannya.  Gembala yang baik lebih gembira akan satu ekor yang diketemukan kembali ini, daripada akan yang lain.