7 Maret 2023

PEKAN II PRAPASKAH – SELASA


Penderitaan seluruh tubuh Kristus
 Pembacaan dari uraian St. Agustinus tentang Mazmur 140:4-6

 

“Aku berseru kepada-Mu, ya Tuhan, dengarkanlah doaku.”  Kita semua dapat berdoa seperti itu.  Ini bukannya doaku saja; Kristus selalu berdoa dengan cara itu.  Tetapi itu dilakukan-Nya atas nama Gereja (tubuh).  Kita dapat mengatakan lebih daripada ini.  Sebab Kristus ada di dunia, Ia berdoa dalam tubuh manusia.  Ia berdoa kepada Bapa-Nya atas nama tubuh.  Sambil berdoa titik-titik darah mengalir dari seluruh tubuh-Nya.  Kita membaca dalam Kitab Suci, “Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa.  Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah.”  Sungguh pendarahan seluruh tubuh-Nya itu adalah sakratul maut semua martir dalam Gereja-Nya.

“Aku berseru kepada-Mu, ya Tuhan, dengarkanlah doaku.  Condongkanlah telinga-Mu kepada suara permohonanku, jika aku berseru kepada-Mu”.  Apakah kamu mengira, perbuatan berseru itu selesai, kalau kamu berdoa, “Aku berseru kepadamu?”  Kamu mengucapkan seruanmu, tetapi belum mengira sekarang sudah aman.  Apabila penderitaan selesai, seruanmu berakhir.  Apabila penderitaan berjalan terus bagi Gereja, Tubuh Kristus, maka sampai akhir zaman, janganlah doanya hanya, “Aku berseru kepada-Mu, ya Tuhan, dengarkanlah doaku,” tetapi juga “Condongkanlah telinga-Mu kepada suara permohonanku, jika aku berseru kepada-Mu.”  “Semoga doaku dihitung sebagai dupa di hadapan-Mu dan pengangkatan tanganku sebagai korban malam.”

Setiap orang Kristen mengakui, bahwa ini biasa diartikan bagi kepala sendiri.  Apabila hari larut menjadi senja, Tuhan tergantung di salib meletakkan hidup-Nya untuk mengenakan-Nya kembali.  Ia tidak kehilangan hidup, meskipun tidak menghendakinya.  Kita juga diwakili di sana.  Apa yang tergantung di salib kalau bukan kemanusiaan, yang Ia ambil dari kita?  Bagaimana Allah Bapa dapat membiarkan atau meninggalkan Putra-Nya yang tunggal, kalau Bapa dan Putra itu sungguh-sungguh satu Allah?  Kristus memaku kelemahan kita di salib; di situ, menurut ajaran Paulus, “Manusia kita yang lama disalibkan dengan Dia.”  Maka dengan bibir kita sendiri ini Kristus berteriak, Allah-Ku, ya Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Daku?”

Itulah korban senja, kesengsaraan Tuhan, salib Tuhan, persembahan korban penyelamat, korban bakaran yang seluruhnya berkenan kepada Tuhan.  Korban senja ini dalam kebangkitan menghasilkan korban pagi.  Apabila doa dengan tulus diucapkan oleh hati yang percaya, maka akan membubung sebagai dupa dari altar suci.  Tidak ada wangi-wangian lebih harum daripada yang dari Tuhan.  Semua yang percaya harus memiliki keharuman ini.  “Diri kita yang lama, “kata Rasul Paulus, “disalibkan bersama Dia, supaya tubuh dosa dihancurkan, dan kita tidak lagi hidup diperbudak oleh dosa.”