8 Maret 2023

PEKAN II PRAPASKAH – RABU


Dengan perantaraan peristiwa-peristiwa yang menggambarkan masa depan, Israel belajar takut akan Tuhan dan tabah bertahan dalam pengabdiannya
 Pembacaan dari ulasan St. Ireneus melawan bidaah

 

Dari semula Tuhan membentuk manusia untuk diberi kurnia-Nya.  Ia memilih para leluhur untuk menyelamatkan mereka.  Ia mulai menyiapkan bangsa, dengan mengajarnya, meskipun mereka meronta, tidak taat kepada-Nya.  Ia mengutus para nabi, untuk membiasakan manusia memelihara Roh Tuhan dalam dirinya dan membina hubungan dengan Allah.  Memang Tuhan tidak memerlukan pendampingan dari siapa pun juga, tetapi Ia memberikan pendampingan-Nya kepada manusia yang memerlukan-Nya.  Bagi mereka yang berkenan kepada-Nya, Tuhan sebagai seorang juru pembangun, membentangkan rencana penyelamatan-Nya.  Secara pribadi Ia memimpin umat-Nya di tanah Mesir, meskipun mereka tidak mengerti.  Kepada mereka, yang di padang gurun menjalani hidup tidak menentu, Tuhan memberikan hukum yang sesuai.

Mereka yang masuk tanah yang baik diberikan warisan yang sepadan.  Bagi mereka yang kembali kepada Bapa, Ia menyembelih anak lembu tambun, dan mereka diberi pakaian yang baik.  Dengan berbagai macam cara Tuhan menghimpun bangsa manusia supaya pantas menerima keselamatan.  Oleh sebab itu Yohanes dalam Kitab Wahyu, berkata, “Suara-Nya bagaikan gemuruh air besar.”  Memang Roh Tuhan itu bagaikan air besar, sebab Bapa itu sekaligus kaya dan besar.  Dan Sabda yang melewati orang itu semua, tanpa kesukaran memberikan bantuan kepada semua yang setia, dengan menulis hukum, yang tepat dan dapat diterapkan pada setiap golongan manusia.  Dengan hukum ini Ia mengatur cara mereka menyusun kemah perjanjian, membangun kenisah, memilih kaum Lewi, menghunjukkan korban dan persembahan, menjalankan upacara-upacara pembersihan, dan melaksanakan pelayanan lainnya.

Ia sendiri tidak memerlukan perkara-perkara itu.  Bahkan sebelum jaman Musa, semua yang baik sudah ada pada-Nya, dengan uap segala yang berbau harum, dan semua asap dupa yang berkenan kepada-Nya.  Umat cepat sekali kembali kepada berhala, tetapi Tuhan mengajar mereka.  Berulang kali Ia membebaskan mereka, mendesak mereka untuk bertahan dalam pengabdiannya.

Ia memanggil mereka untuk mencapai perkara-perkara yang paling berharga lewat hal-hal yang kurang berharga, artinya: Ia memanggil mereka lewat bayangan menuju perkara yang sungguh nyata; lewat barang-barang duniawi Ia memanggil mereka kepada hal-hal abadi; lewat yang jasmani menuju pada yang rohani; dari barang di dunia menuju yang ada di surga.  Tuhan bersabda kepada Musa: Usahakanlah agar membuat segala sesuai dengan gambaran yang telah kaulihat di atas gunung!”

Selama empat puluh tahun Musa tekun belajar mengingat-ingat Sabda Tuhan, pola dari surga, gambaran-gambaran rohani, perlambang peristiwa yang akan datang.  Paulus mengatakan hal ini juga, “Sebab mereka minum dari karang padas rohani, yang mengikuti mereka; dan karang padas itu Kristus.”  Paulus lagi mencantumkan segala sesuatu yang terkandung dalam hukum, dan menarik kesimpulan.  “Semua hal ini terjadi pada mereka, tetapi semua ditulis sebagai peringatan bagi kita, yang telah memasuki jaman akhir.”  Dengan bayangan-bayangan mereka mulai belajar supaya menjadi takwa kepada Allah dan bertahan dalam pengabdiannya.  Demikian hukum bagi mereka menjadi pelajaran dan sekaligus ramalan tentang hal-hal yang akan terjadi.