10 Maret 2023

PEKAN II PRAPASKAH – JUMAT


Perjanjian Tuhan
Pembacaan dari ulasan St. Ireneus melawan bidaah

 

Dalam Kitab Ulangan Musa berkata kepada umat, “Tuhan Allahmu mengadakan perjanjian dengan kamu di gunung Horeb.  Tuhan tidak mengadakan perjanjian dengan leluhurmu tetapi kamu.”  Mengapa Tuhan tidak mengadakan perjanjian dengan leluhurmu?  Karena hukum tidak diadakan untuk orang-orang yang benar.  Leluhurmu menjalani hidup benar, sebab makna sepuluh perintah telah tertanam dalam hati dan budi mereka.  Artinya: mereka cinta akan Tuhan, yang menciptakan mereka, dan mereka tidak menyalahi sesama.  Maka mereka tidak perlu diperingatkan oleh larangan-larangan tertulis; sebab mereka membawa kebenaran-kebenaran hukum dalam hatinya.  Tetapi ketika di tanah Mesir kebenaran dan cinta akan Tuhan ini dilupakan dan menjadi padam, Tuhan, karena cinta-Nya yang mendalam kepada manusia, terpaksa harus mewahyukan Diri dengan suara.

Dengan kuasa Ia membawa umat-Nya keluar dari Mesir, hingga manusia sekali lagi dapat menjadi murid Tuhan dan mengikuti-Nya.  Agar mereka tidak menghina Penciptanya, Ia menghukum mereka yang tidak taat.  Ia memberi mereka makan manna, agar mereka memiliki makanan rohani.  Seperti dikatakan Musa dalam Kitab Ulangan, “Ia memberi kamu makan manna, yang tidak dikenal oleh leluhurmu, supaya kamu mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi hidup dari segala yang diucapkan Tuhan.”  Ia mengajarkan mereka agar cinta kepada Tuhan, dan kepada mereka Ia memasukkan kebenaran menghadapi sesama.  Dengan cara ini mereka kemudian tidak menjadi salah atau kurang pantas terhadap Tuhan.  Oleh kesepuluh perintah diajarkan kepada manusia, agar mereka hidup bersahabat dengan dirinya sendiri dan dalam keselarasan dengan sesama.  Manusia amat tertolong dengan peraturan itu.  Tetapi Tuhan tidak memerlukan sesuatu pun dari manusia.

Karena berkat ini manusia menjadi mulia.  Berkat melengkapi apa yang kurang pada mereka, yaitu persahabatan dengan Tuhan.  Semua ini tidak menambah apa pun kepada Tuhan, karena Tuhan tidak membutuhkan cinta manusia.  Manusia tidak memiliki kemuliaan Tuhan.  Satu-satunya jalan bagi manusia untuk memiliki kemuliaan ini ialah taat kepada Tuhan.  Maka Musa berkata, “Pilihlah kehidupan, supaya kamu hidup, baik kamu maupun keturunanmu, dengan mengasihi Tuhan Allahmu, mendengarkan suara-Nya, dan berpaut pada-Nya, sebab hal ini berarti hidup dan lanjut usia bagimu.”

Untuk menyiapkan manusia bagi kehidupan ini, Tuhan sendiri menyabdakan sabda sepuluh perintah, sekaligus untuk semua orang bersama-sama.  Maka sabda itu tetap tinggal bersama kita juga.  Dengan kedatangan-Nya dalam daging, Tuhan tidak menghapus hukum, namun Ia memperluas dan menambahnya.  Tetapi mengenai peraturan yang mengekang, secara terpisah Tuhan menerapkan itu pada umat-Nya dengan perantaraan Musa.  Peraturan-peraturan itu disusun baik untuk mengajar dan menghukum mereka, seperti dikatakan oleh Musa sendiri, “Tuhan memerintahkan aku, pada waktu yang sama, untuk mengajarkan ketetapan dan peraturan kepadamu.”

Tetapi dengan Perjanjian Baru yang mengandung kebebasan, Tuhan menghapus hukum sementara yang diberikan kepada umat-Nya untuk mengekang dan digunakannya sebagai tanda.  Dalam pada itu hukum yang berdasarkan kodrat dan khas sesuai untuk manusia bebas dan dapat diterapkan pada semua tak berbeda, diperlebar dan diperluas.  Dari limpah kasih-Nya, tanpa keberatan, Tuhan mengangkat manusia menjadi Putra-Nya.  Dan Ia memberikan kekuatan kepada mereka, agar mereka dapat mengenal Allah sebagai Bapa dan mencintai-Nya dengan segenap hati, serta mengikuti Sabda-Nya tanpa berpaling ke samping.