PEKAN III PRAPASKAH – SENIN
Hendaklah ia yang bangga, bangga akan Tuhan
Pembacaan dari homili St. Basilius Agung
“Janganlah orang arif bermegah akan kearifannya, janganlah orang kuasa bermegah akan kuasanya, janganlah orang kaya bermegah akan kekayaannya.” Tetapi apa yang merupakan kebanggaan sejati? Dan oleh karena apa orang itu menjadi besar? “Hendaklah ia yang bermegah, memegahkan hal ini,” demikianlah yang tertulis, “bahwa ia mengerti dan mengenal akan Daku, bahwa Aku ini Tuhan.” Di sinilah letak kebesaran, kebanggaan dan kemuliaan manusia, bahwa ia mengerti dengan benar, mana yang sungguh besar, kemudian ia berpaut padanya, serta mencari kemuliaan pada Tuhan segala kemuliaan. Sebab itu rasul berkata, “Hendaklah orang yang berbangga, berbangga akan Tuhan.” Dan ia menulis, “Tuhan membuat Kristus menjadi kebijaksanaan kita, kebenaran, kesucian dan keselamatan kita; maka dari itu, seperti yang tertulis, hendaklah orang yang berbangga, berbangga akan Tuhan.”
Orang berbangga akan Tuhan secara penuh dan sempurna, kalau ia tidak memegahkan dirinya karena kebenarannya sendiri, melainkan sadar, bahwa ia tidak memiliki kebenaran sejati, dan bahwa ia sungguh hanya dibenarkan karena Kristus. Paulus berbangga, bahwasannya ia menganggap kebenarannya sendiri remeh. Namun ia mencari kebenaran dalam iman, yang datang dari Kristus, sehingga ia dapat mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya; dapat ikut serta dalam penderitaan-Nya; menjadi sama dengan Dia dalam kematian-Nya, sehingga bila mungkin, ia dengan suatu cara dapat mencapai kebangkitan dari maut.
Di sini semua rasa angkuh dan tinggi hati lenyap. Tidak ada sesuatu pun yang dapat kamu banggakan, hai manusia. Maka hendaklah kebanggaan dan harapanmu kamu dasarkan pada Dia, sehingga kamu mematikan semua yang dari dirimu, dan mencari hidupmu di masa depanmu dalam Kristus. Kita memiliki buah-buahnya yang pertama; kita sudah menikmatinya, karena kita hidup seluruhnya dalam rahmat dan pemberian bebas yang datang dari Allah. Tuhanlah yang bekerja dalam dirimu, menggerakkan kemauan dan perbuatan, agar itu menjadi berkenan kepada-Nya. Apalagi, dengan perantaraan Roh-Nya, Tuhan mewahyukan kebijaksanaan-Nya, yang Ia peruntukkan bagi kemuliaan kita.
Tuhan memberikan kekuatan dan ketahanan dalam pekerjaan kita. “Aku bekerja lebih giat daripada mereka semua,” kata Paulus, “tetapi bukannya aku, melainkan rahmat Tuhan yang ada dalam diriku.” Tuhan membebaskan kita dari bahaya, lebih daripada yang dapat diharapkan oleh manusia. “Kami merasa,” katanya lagi, “bahwa kami sudah mendapat hukuman mati, tetapi itu dimaksud agar kami tidak mengandalkan diri kami sendiri, melainkan hanya Allah, yang membangkitkan orang dari mati. Ia membebaskan kami dari bahaya maut begitu besar, dan Ia membebaskan kami sekarang ini juga. Kami menaruh harapan kami kepada-Nya, bahwa Dia sekali lagi akan membebaskan kami.”