14 Maret 2023

PEKAN III PRAPASKAH – SELASA


Doa mengetuk pada pintu, puasa mohon dan dikabulkan,
amal kasih memperolehnya.
Pembacaan dari kumpulan khotbah St. Petrus Krisologus

 

Ada tiga hal, saudara-saudara, tiga hal yang membuat semangat iman teguh, semangat bakti bertahan dan keutamaan berlangsung: doa, puasa, dan amal.  Doa memohon dengan mengetuk pintu, puasa memintanya dan dikabulkan, dan amal memperolehnya.  Doa, puasa, dan amal: tiga ini merupakan kesatuan.  Ketiganya saling memberi hidup.  Sebab puasa itu jiwa doa; dan amal adalah kehidupan berpuasa.

Janganlah ketiga hal ini dipisah-pisahkan; sebab ketiga-tiganya tak terpisahkan.  Kalau orang hanya memiliki salah satu saja, atau kalau tidak memiliki ketiga-tiganya bersama, ia tidak mempunyai apa-apa.  Maka yang berdoa, harus juga berpuasa; dan yang berpuasa harus juga berbuat amal.  Barangsiapa ingin didengarkan, kalau ia meminta sesuatu, harus mendengarkan orang lain yang datang meminta.  Barangsiapa tidak menutup telinganya terhadap orang yang mohon, ia membuka telinga Tuhan bagi dirinya sendiri.

Orang berpuasa harus menyadari apa arti puasa.  Kalau orang ingin, agar Tuhan melihat, bahwa ia lapar, ia sendiri harus memperhatikan orang yang lapar.  Kalau ia mengharapkan amal, ia sendiri harus berbuat amal.  Kalau ia menginginkan cinta kasih Bapa, ia harus menunjukkan cinta itu lebih dulu.  Kalau orang menginginkan orang lain berkorban bagi dirinya, ia sendiri harus berkorban.  Orang tidak pantas mengajukan permohonan untuk dirinya sendiri, kalau ia menolak permohonan orang lain.

Ambillah ini sebagai ukuran dalam berbuat amal.  Apakah kamu sendiri berbuat amal kepada orang lain dengan cara, ukuran, dan kesediaan yang sama, seperti yang kamu inginkan supaya diperbuat kepadamu?  Maka dari itu hendaklah doa, amal dan puasa merupakan satu permohonan di hadapan Tuhan.  Hendaklah ketiganya menjadi bantuan hukum yang menolong kita.  Hendaknya permohonan itu sendiri menjadi tiga kali doa bagi kita.  Maka dari itu, hendaklah kita peroleh kembali dengan berpuasa, apa yang kita hilangkan dengan menghina.  Hendaklah kita mengorbankan jiwa kita dengan berpuasa, karena kita tidak dapat mengorbankan sesuatu lain, yang lebih berkenan kepada Tuhan.  Nabi menyatakan itu kalau ia berkata, “Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak dipandang hina oleh Allah.”

Persembahkanlah jiwamu kepada Tuhan; persembahkanlah korban puasa.  Lakukanlah itu, agar jiwamu menjadi korban yang murni, persembahan yang suci, korban hidup, yang tetap menjadi milikmu, meskipun dipersembahkan kepada Allah.  Orang yang tidak mau mempersembahkan pemberian ini kepada Tuhan, tidak dapat dimaafkan, sebab barangsiapa mempersembahkan dirinya, tidak dapat menderita kekurangan.

Tetapi, agar pemberian itu diterima baik, iringilah dengan amal.  Puasa tidak bertumbuh, kalau tidak disirami dengan amal.  Kalau amal mengering, puasa menderita kekeringan, sebab puasa itu ibarat hujan bagi tanah.  Orang yang berpuasa, itu menyiapkan hati, membersihkan daging, mencabuti cacat-cacatnya dan menaburkan keutamaan.  Namun kalau ia tidak menyirami tanamannya dengan aliran amal kasih, ia tidak akan mengumpulkan panenan.

Hai kamu yang berpuasa: Jikalau amal kasihmu berpuasa, tanah ladangmu berpuasa juga.  Hai kamu yang berpuasa: apa yang kamu limpahkan dalam perbuatan amal, akan kembali menjadi simpanan dalam lumbungmu.  Maka kesimpulannya: agar kamu tidak kehilangan harga dengan menghemat, kumpulkanlah itu dengan membagi-bagi.  Berikanlah kepada dirimu sendiri, dengan memberikannya kepada orang miskin.  Sebab kamu sendiri tidak akan memiliki, apa yang tidak kamu relakan kepada sesama.