16 Maret 2023

PEKAN PRAPASKAH III – KAMIS


Persembahan rohani
 Pembacaan dari ulasan Tertulianus tentang Doa

 

Doa itu persembahan rohani, yang menghapus korban-korban masa lampau.  “Apa arti korbanmu yang berlimpah itu bagiku?” sabda Tuhan.  “Aku sudah bosan akan korban kambing jantan yang dibakar; Aku tidak menginginkan lemak anak domba atau darah lembu jantan dan kambing.  Siapa yang meminta ini dari tanganmu?”  Dari Injil kita tahu, apa yang diminta oleh Tuhan.  “Akan tiba saatnya,” itulah yang dikatakan kepada kita, “apabila para penyembah yang benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran.  Allah itu Roh, maka penyembah seperti ini yang ia harapkan.”

Kita ini penyembah yang benar dan imam yang sejati.  Dengan berdoa dalam roh, kita mempersembahkan korban doa dalam roh, persembahan milik Tuhan sendiri dan yang berkenan kepada-Nya.  Inilah persembahan yang diminta, dan yang Ia siapkan bagi diri-Nya sendiri.  Inilah korban, yang dipersembahkan dari hati, didasarkan pada iman, disiapkan oleh kenyataan, tanpa noda dalam kebersihan, cemerlang dalam kemurnian, dihias oleh cinta, yang harus kita bawa menuju altar Tuhan, dalam perarakan karya amal, diiringi mazmur dan kidung.  Dengan ini akan diperoleh segala, yang kita minta, dari Tuhan.

Apa yang akan ditolak oleh Tuhan dari persembahan, yang keluar dari roh dan kebenaran, sedangkan kita tahu, bahwa Ia meminta itu?  Betapa besar bukti-bukti kekuasaan doa seperti kita baca dan kita dengar dan kita percaya akan itu.  Memang benar, doa yang lama, membebaskan orang dari api, binatang buas dan kelaparan, namun bentuknya tidak diperoleh dari Kristus; maka betapa jauh lebih kuasa doa kristiani itu!

Doa ini tidak mendatangkan malaikat yang menaburkan embun di tengah api; tidak menutup moncong-moncong singa, dan tidak membawa bekal si petani kepada orang yang lapar.  Doa ini tidak khusus mendatangkan rahmat bagi orang yang menderita sakit, tetapi memberi senjata untuk bertahan bagi orang yang sungguh sengsara, merasa sakit, disiksa.  Doa ini melipatgandakan kuasa rahmat, hingga iman dapat mengerti, apa yang diperolehnya dari Tuhan, sedang sekaligus juga menyadari, apa yang diderita demi nama Tuhan.

Di masa lampau doa itu mendatangkan siksaan, mengusir pasukan musuh, membawa kekeringan.  Tetapi sekarang, doa kebenaran itu menyingkirkan seluruh kemurkaan Tuhan, memperhatikan musuh, mengajukan permohonan bagi orang-orang yang menganiaya.  Apakah mengherankan, bahwa doa yang memaksa air turun dari langit, ternyata dapat juga mohon api dan mendapatkannya?  Hanya doa yang mengalahkan Tuhan.  Tetapi kehendak Kristus ialah, bahwa doa tidak mengerjakan yang jahat: melainkan diberikannya segala kuasa untuk yang baik.

Maka pengetahuan yang dimiliki satu-satunya ialah: memanggil kembali jiwa-jiwa orang yang meninggal dari jalannya yang menuju maut; menguatkan orang yang lemah; menyembuhkan orang sakit; membebaskan orang yang kerasukan setan; membuka pintu-pintu penjara; melepaskan belenggu orang yang tidak bersalah.  Doa juga membebaskan orang dari dosa, menjauhkan godaan, meredakan pengejaran, menyentosakan orang yang lemah hati, menggembirakan orang yang bersemangat besar, membawa pulang orang dari perantauan, menjinakkan gelombang, mengacaukan penyamun, memberi makan kepada orang miskin, menahan si kaya, membangkitkan yang jatuh, menyokong yang goyah, mendukung yang bertahan.

Para malaikat berdoa juga, mereka semua.  Seluruh ciptaan berdoa.  Ternak dan binatang buas berdoa, dan bertekuk lutut, dan keluar dari kandang dan liang.  Semua menengadah ke langit, mulut tidak kelu tetapi membiarkan roh bergerak menurut caranya.  Apalagi burung terbang membumbung ke angkasa.  Dan sebagai pengganti tangan, mereka mengembangkan sayap bagaikan salib, mengatakan sesuatu yang boleh dianggap doa.  Mau apa lagi tentang kewajiban berdoa?  Bahkan Tuhan sendiri berdoa: kepada-Nya kemuliaan dan kekuasaan untuk selamanya.