17 Maret 2023

PEKAN III PRAPASKAH – JUMAT


Kita dijadikan hidup; sungguh suatu misteri!
 Pembacaan dari uraian Paus Gregorius Agung tentang Kitab Ayub

 

Ayub orang suci, lambang Gereja Kudus, sekali berbicara dengan suara anggota-anggotanya, dan lain kali berbicara dengan suara kepalanya.  Sedang ia berbicara dengan suara anggota-anggotanya, tiba-tiba ia bangkit untuk berbicara dengan kata-kata kepala.  Maka ditambahkannya, “Saya menderita ini semua, meskipun saya bebas dari dosa, dan doa saya kepada Tuhan itu murni.”

Meskipun Kristus bebas dari dosa, namun ia menderita.  Ia tidak melakukan kejahatan, dan tipu daya tidak ada pada bibir-Nya.  Tetapi Ia menanggung kesengsaraan salib demi penebusan kita.  Hanya Dialah yang mempersembahkan doa murni kepada Tuhan melebihi semua orang.  Sebab selama disiksa dalam sengsara, Ia berdoa untuk mereka yang menganiaya-Nya: Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.

Di mana ada doa lebih murni dapat dikutip atau digambarkan daripada doa yang merupakan permohonan penuh belas kasih bagi mereka, yang menyebabkan sakit dalam penderitaan-Nya?  Maka demikian dapat terjadi, bahwa para pengejar Penebus kita sebagai orang beriman pada suatu ketika minum darah, yang mereka tumpahkan dalam kemarahannya, dan mengakui, bahwa Ia Putra Allah.

Kata-kata Ayub berikutnya tepat mengatakan tentang darah ini, “Hai tanah, janganlah kausembunyikan darahku, dan janganlah seruanku mendapatkan tempat persembunyian dalam dirimu.”  Ketika orang jatuh dalam dosa, dikatakan kepadanya, “Kamu ini tanah, dan akan kembali menjadi tanah.”  Tetapi tanah ini tidak menyembunyikan darah Penebus kita, apabila setiap pendosa, menerima harga penebusan-Nya, mengakui dan memuji-Nya, dan menyatakan nilainya kepada orang sesamanya.  Tanah tidak menyembunyikan darah-Nya, karena kini Gereja mewartakan misteri penebusan-Nya di segala penjuru dunia.

Kita harus memperhatikan kata-kata yang ditambahkan, “Janganlah seruanku mendapatkan tempat persembunyian dalam dirimu.”  Darah penebusan, yang kita ambil, itu seruan Penebus kita.  Maka dari itu Paulus berbicara tentang “darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat daripada darah Habel.”  Padahal tentang darah Habel dikatakan, “Darah adikmu itu berteriak kepada-Ku dari tanah.”  Darah Yesus berbicara lebih lembut daripada darah Habel, karena darah Habel mencari kematian saudara, yang membunuhnya, sedang darah Tuhan memperoleh hidup bagi orang yang menganiaya-Nya.

Jika misteri sengsara Tuhan menjadi berguna bagi kita, kita harus mengikuti apa yang kita terima dan menyatakan kepada orang lain apa yang kita hormati.  Seruan-Nya tersembunyi dalam diri kita, kalau lidah diam tentang apa yang telah dipercayai oleh budi.  Tetapi agar seruan-Nya tidak tersembunyi dalam diri kita, maka kita masing-masing sesuai dengan kemampuan, harus menyatakan misteri, bahwa Ia telah dijadikan hidup.