PEKAN III PRAPASKAH – SABTU
Marilah kita mengabdi Kristus dalam diri orang miskin
Pembacaan dari khotbah St. Gregorius dari Nazianze
Murah hati itu dinilai tinggi dalam urutan Sabda Bahagia. “Berbahagialah orang yang murah hati,” sabda Kitab Suci, “karena mereka akan beroleh kemurahan.” “Berbahagialah orang yang menaruh perhatian kepada orang yang berkekurangan dan miskin.” Dan sekali lagi, “Berbahagialah orang yang membagi dengan murah hati dan memberikan pinjaman.” Marilah kita merebut kebahagiaan ini dan mencari nama dengan memahaminya. Marilah kita bersikap murah hati.
Bahkan malam tidak boleh menghambat perbuatan kasihmu. Jangan berkata, “Sekarang pergi dan lain kali kembali. Besok, ini akan kuberi.” Jangan ada sesuatu yang memisahkan maksudmu dari pelaksanaan perbuatan kasihmu. Kasih itu satu-satunya, yang tidak boleh ditunda. Bagilah makananmu dengan orang yang lapar, dan bawalah orang miskin yang tak punya tumpangan, ke rumahmu, dan lakukanlah itu dengan gembira dan sukacita. “Orang yang melakukan perbuatan kasih,” tulis Rasul, “hendaklah melakukannya dengan senang hati.”
Demikian perbuatanmu yang baik dilipatkan dengan kesediaanmu. Sebaliknya, yang diberikan dengan terpaksa dan berat hati tidak disambut baik dan tidak bernilai. Perbuatan baik harus dilakukan dengan gembira, tidak dengan muram. Kalau kamu bebas dari tekanan dan pilihan picik, seperti tertulis, artinya, kelicikan yang mencari-cari kesalahan, sikap mendua dan bersungut-sungut, apa yang nanti akan terjadi? Alangkah ini sesuatu yang mulia dan mengagumkan! Alangkah besar pahala orang, yang berbuat demikian. “Lalu terangmu akan bersinar bagikan fajar, dan penyembuhanmu akan terlaksana dengan cepatnya.” Sekarang siapa yang tidak menginginkan terang dan penyembuhan?
Kalau kamu mau mendengarkan aku, para hamba Kristus, saudara-saudara dan ahli waris-Nya, kita harus mengunjungi Kristus, selama masih ada kesempatan, memelihara Dia dan memberi makan kepada-Nya. Kita harus memberi pakaian kepada Kristus dan menyambut Dia dengan baik. xKita harus memberi hormat kepada Kristus, tidak hanya di meja saja, seperti beberapa orang melakukannya; tidak hanya dengan minyak wangi, seperti Maria; tidak hanya dengan pemakaman, seperti Yosef dari Arimatea; atau dengan hal-hal sehubungan dengan pemakaman-Nya, seperti Nikodemus, yang hanya setengah-setengah mencintai Kristus; dan akhirnya tidak hanya dengan emas, dupa dan mur, seperti para majus, yang datang mendahului mereka semua yang saya sebutkan tadi.
Tetapi di atas segalanya Tuhan menginginkan belas kasih dan bukan korban, dan belas kasih lebih berharga daripada puluhan ribu kambing jantan berlemak. Maka marilah kita mempersembahkan belas kasih ini dengan perantaraan mereka yang berkekurangan dan yang sekarang terbanting di tanah. Hendaklah kita melakukan itu sedemikian rupa, hingga apabila kita berpindah dari sini, mereka menyambut kita dalam kediaman abadi, dalam Kristus yang sama, Tuhan kita. Kepada-Nya kemuliaan sepanjang masa. Amin.